Ada yang bilang cinta tuh unik, satu kata seribu makna (kadang bisa lebih loh ) Satu hidangan seribu rasa,ada pahitnya, manisnya juga asemnya...(sayur asem2 kali) pedih pedihnya bahagia2nya,norak2nya,malu-maluinnya di campur lebay-lebay dikit. udah deh pokoknya satu senam seribu gaya gituh.. Ada yang bilang, hidup tanpa cinta kayak sayur tanpa garam ada lagi yang bilang kayak taman tak berbunga..kayak mobil tanpa roda, kayak kuburan tanpa hantu(wah serem nih).........
Selasa, September 21, 2010
cHAyanK N cinTA Ku hanYA unTuk dy seoRG N takaN terganTIKAn unTuk skRG karNA dy yG pAliNg ku sYgi skRg,,,
Tuhan,, JAngan perNAh piSAhkaN akU dgn dY......
TUHAn,,,,, iJinkaN LAh Ku unTuk cuma Syg padanYA N miLiki dY seoRG n takAn ada yG LAin di HAti LAi,,
LOveLy'' Ind - Ti ''
Sabtu, Agustus 14, 2010
JERITANKU
Buat apa harus tunggal
Kalau ternyata itu plural
Buat apa harus Satu
Kalau ternyata itu banyak
.........
Apakah harus semacam,
Kalau banyak keanekaragaman
Dan apakah harus sewarna,
Kalau ada pelangi
Penuh warna dan warni
Satu itu pasti
Dua itu pilihan
Tiga
Empat
Lima,
Itu keyakinan
Apakah salah, yang satu memilih yang satu
Dan
Yang lain memilih yang lain?
…..
Apakah benar,
Yang satu merusak yang lain
Dan…..
Yang lain menghancurkan yang lainnya lagi?
…..
Aku percaya :
Akan satu satunya Jalan
Dan
Kebenaran
Dan
Hidup…..
…..
Yang lain percaya kalau yang terakhir,
Akan jadi yang pertama
Dan dia adalah utusanNya…
….
Bahkan dilain sisi,
Kesempurnaan adalah segalanya
Siapa salah dan siapa benar?
ADAKAH YANG LEBIH TAHU,
MELEBIHI YANG MAHA TAHU?
.....
Hilangkah ‘Damai’ itu?
Atau, sirnakah ‘Terang’ itu?
Aku berjalan dalam kegelapan
Dalam lumpur panas berlapis dosa
Yang lain,.....
Berdiri dalam topeng seribu wajah
Berkata “BESAR”, padahal kecil
Berkata “AGUNG” padahal hina dan nista
Luka dan borok itu terus menganga
Tanpa sentuhan juga perbaikan
Semua berlari mencari kesembuhan
Batu….
Gunung….
Lautan, jadi saksi
Dari kedurjanaan perilaku insani
Yang berlari dalam lembah kelam,
Tempat ratap dan kertak gigi
Untuk apa semuanya ini?
......
Biarlah yang diatas jatuh kebumi
Dan yang didalam muncul dipermukaan
Biarlah yang beriak itu tumpah ruah
Basahi semesta , runtuhlah keberadaannya
.......
Hanya Dia yang bisa berkata, BENAR dan juga SALAH
Juga Dia lah yang berhak MENJATUHKAN, dan juga MENGANGKAT
Bukan hanya sekumpulan ‘debu tanah’ yang tak berarti
………..
Aku menangis dalam kehancuran ini
Aku meratap dalam duka lara berlari
Tak bisa dipungkiri lagi
Jika Barat menjadi Timur
Dan
Utara menjadi Selatan
Semua akan musnah,
Hilang
Dan Sirna……
Hancur berkeping tak bersisa lagi
Hari ini, esok, lusa atau nanti……
Bagiku, semuanya telah lama mati.
Bagai mayat berlapis kafan
Atau tengkorak dalam peti kayu
Bahkan dalam api berabu
Dalam gelap kelam mencekam
......
Buat apa berkata tentang KEBENARAN
Jika balok ada didalam matamu?
Dan
Buat apa mengecam dan berkata Salah,
Jika tak adanya kebenaran dalam hidupmu?
Dia....
Mencipta beraneka ragam :
Rupa
Bentuk
warna, dan raga
Bukan PERCUMA dan TIADA ARTI
Tapi untuk satu tujuan,
Yang tak kita mengerti
Dan
Tak dapat kita selami
……
Jika Otak hanya untuk berpikir jahat
Penuh angkara dan caci maki
Buat apa utuh raga melebihi jiwa
Percuma saja….
……..
Satu bersorak, bebaskanlah
Satu berkiblat, biarkanlah
Satu khusuk dalam kepulan asap, kembalikanlah
Tak ada yang pantas berkata:
“Aku lebih benar daripadamu”
Karena lakumu, belum tentu pikirmu,
Dan jiwamu, bukanlah milik dirimu sendiri
…….
Darah itu merah.
Itu pasti
Itu benar dan tak dapat dipungkiri
Akankah darah menjadi biru
Walau tinggi kastamu, dan banyak kaum-mu?
Kebajikan bukan sebuah janji
Tapi perbuatan yang pasti
Buruk wajah tak masalah,
Asal jangan buruk hati
Kapan yang jatuh tak meratap
Yang lain bertepuk tangan
Dan kapan yang tumbang akan bangkit,
Jikalau hatimu penuh dengan dusta dan benci?
…….
Semua menjanjikan keselamatan
Tapi,……
Dia juga lah yang menentukan
Aku, kamu, dia, atau mereka,
Yang akan pergi ataupun tinggal
Yang akan dituai atau dibakar
Kalau pada akhirnya
Hanya Dia yang berhak memutuskan
Dan hanya Dia yang berhak menghakimi
Biarlah yang BESAR, dan MAHA DAHSYAT
yang menentukan....
Karena kita ini kecil, dan tak berarti
...........
Melihat semuanya porak poranda
Atas menjadi bawah dan bawah menjadi atas
Kedegilan dan kebinasaan menanti….
Karena terang itu telah dibuang
Dicampakkan dalam lembah kelam......
Sabtu, Juli 03, 2010
AKU INGIN MAMA KEMBALI................................
Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa.
Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27
Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.
Pada tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian
ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.
ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.
Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia
membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan ijeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Mama Kembali
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da,
Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab
apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun
tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup
untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta
sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg
istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya…ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Tuhan tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.
Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan….bangkitlah! karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.
Ada cerita...yang menarik perhatian gue. Tentang kisah cinta beda agama. Rumit, membingungkan, banyak pengorbanan, buang-buang waktu......
Cerita seorang gadis yang jatuh cinta kepada seorang cowo dan mereka berdua itu berbeda agama dan kebudayaan.
Awalnya mungkin hubungan cinta mereka cuma iseng...tapi dari iseng itu mulai ke tahap yang lebih serius...serius...dan serius lagi. Siapa sangka jika cinta mereka semakin hari semakin dalam dan mereka saling terikat satu sama lain. Cinta itu datang kadang engga mengenal umur, hari, jam whatever lah. Cinta itu tentang perasaan hati, jiwa dan itu satu hal yang engga gampang untuk di bohongi. Engga mungkin kita membohongi diri kita sendiri. MUNAFIK........
Back to story....
Hubungan cinta ini pun makin serius. Walaupun mereka sadar, salah satu dari mereka harus mengalah untuk mempersatukan cinta mereka ke tahap yang lebih tinggi. PERNIKAHAN...
Akhirnya keputusan pun diambil...dan akhirnya si gadis pun rela untuk melepas agama nya dan dia rela untuk mengikuti agama calon suaminya. Dengan bantuan dan bimbingan dari banyak pihak si gadis pun mulai mengenal dan belajar tentang agama barunya.
Ketika persiapan pernikahan telah siap, bahkan hari H pun bisa dibilang tinggal hitungan waktu.
Kejadian itu pun datang....ternyata calon suaminya telah mengkhianatinya...Pasangannya itu selingkuh...dan sampai hamil lagi....
Oh my god.......kebayang gak sih..gimana perasaan si gadis....???? Hancur...bro....
Tapi apa mau dikata....ini kenyataan.....dan harus diterima.
Hidup itu adalah pilihan....walau kadang menyakitkan....
Pernikahan pun batal....hubungan mereka pun bubar....
Si cowo tadi akhirnya lebih memilih untuk menikahi pasangan selingkuhnya. Dan si gadis pun harus merelakan walau dengan berat hati, dengan perasaan yang tercabik-cabik. Tapi itu pilihan buat mereka....
So life must go on...
Si gadis pun akhirnya memilih untuk kembali seperti semula....dengan kehidupannya lagi.
Dia bertahan dengan keyakinannya....dan dia pun kembali ke agama nya.
Beberapa hari yang lalu gue sempet ngobrol ma si gadis....dan banyak hal baru yang gue dapetin.
Ternyata gue baru tau....dia rela pindah agama bukan karena dia percaya dengan agama itu agama yang bagus dari segala hal tapi lebih karena pasangan hidupnya. Lantas gue coba tanya ma dia....gimana menurut dia tentang ajaran agama yang baru itu....dia bilang bagus dan dia suka dengan ajaran itu karena dia ngerasa lebih tenang.
Gue tanya lagi...kalo menurut lo begitu...kenapa lo ga mendalaminya aja...??? Dia bilang kalo hal itu engga mungkin....karena keluarga dia gak akan pernah setuju. Karena jika itu dilakukan maka dia akan di buang dari keluarga. Jadi intinya dia boleh pindah agama jika dia punya pasangan hidup walaupun engga seagama dengan dia....Dia diijinkan untuk mengikuti agama calon pasangan nya. WOW....!!!!
Terus gue masih engga percaya dengan jawabanya...gue coba tanya lagi....
Gimana kalo besok-besok lo nemuin pendamping hidup yang beda agama lagi dengan lo..dan itu bukan agama yang pernah lo peluk...apa yang lo perbuat??? dan dengan yakin nya dia jawab....apapun agama pasangannya dia akan ikuti.
Ternyata semua itu bener setelah gue coba tanya ma temen yang kebetulan tau lebih banyak tentang kebudayaan daerah si gadis itu. Jadi hal seperti ini memang sering terjadi di daerah asalnya. Dan kejadian seperti ini lebih berlaku untuk pihak cewe...
Cewe boleh untuk pindah agama mengikuti agama pasangan hidupnya, sedangkan untuk pihak cowo nya hal itu sangat di larang. Adat mereka memperlakukan seperti itu. Gue jadi bingung, kalo gitu mana dulu sih yang harus di dahulukan adat atau agama ?
Jadi bingung ya...
Cuma gara- gara cinta...semua itu mudah banget untuk di lakukan. Semudah membalikan telapak tangan. Padahal bisa di bilang, buat gue pribadi agama itu penting banget dan itu suatu pegangan, panduan dalam hidup gue. Yang selalu jadi penuntun, petunjuk dalam hidup gue. Tapi kenapa bagi sebagian orang itu adalah sesuatu yang dengan mudah bisa di ubah. Yah namanya hidup, semua gak bakal ada yang tau apa yang akan terjadi hari ini, besok, atau besok nya lagi. Hidup itu misterius.....kita cuma bisa mengisinya dengan segala hal yang baik untuk kita dan orang lain. Begitu pula cinta, cinta itu misterius yang kadang membutakan semuanya.
Jadi gue pribadi, gue sangat engga setuju, jika kita berpindah agama hanya karena cinta, hanya karena pasangan hidup kita. Walau pun agama itu gak bisa di paksakan, begitu pula cinta. Keduanya itu gak bisa di paksakan. Kalau sudah begitu kenapa harus kita jalani, kenapa juga harus kita paksakan. Cinta bisa hadir kapan saja, dimana saja tapi tidak dengan agama. Agama adalah sesuatu yang ada dan hadir sejak kita lahir.
So mungkin temen-temen yang pernah, atau bahkan saat ini sedang mengalami hal seperti ini. Gue cuma bisa berdoa semoga lo semua di bukakan mata hatinya. Karena hidup kita bukan cuma di isi dengan cinta. Cinta seperti ini gak harus dipaksakan. Masih banyak cinta lain di dunia ini. Cinta gak sebatas daun kelor kok....percaya deh....
Berpikirlah beribu-ribu kali untuk melakukannya. Karena penyesalan selalu datang belakangan...
Arti Kata “sayang”
Sayang
Langit hitam tanpa bintang
Bulanpunmenghilang tiada tentu dimana
Mendung hitam menggelayut nurani
Hanya desir angin dingin
Membuai diri dalam lamunan
Sayang
Hayal terbang entah kemana
Gundah hati kian membuncah
Tatkala luka itu kembali tergores
Luka yang nyaris mengering itupun
Terkoyak dan semakin dalam menyisakan perih di hati
Sayang
Hanyalah makhluk kecil tanpa nyawa
Ketika perih itu membuncah dada
Rasa sayang seakan mampu menutup mata hati
Dari perlakuan kejam tak berhati
Sayang
Beribu ampun telah dipinta
Beribu ampun pula diberikan
Mungkinkah rasa sayang mampu hentikan amarah
Hentikan dendam di hati
Ketika dusta merajalela
Mampukah rasa sayang kalahkan emosi diri
Tatkala kejujuran diragukan
Andai saja benar.. sungguh luar biasa
Sayang tetaplah sayang
Bukan emosi sesaat yang sirna oleh waktu
Yang lapuk oleh amarah
Sayang tetaplah sayang
Bukan sebuah cinta buta yang menyesatkan
Tapi sayang adalah kasih terbesar
Yang tak terkalahkan oleh apapun
Jumat, Juli 02, 2010
MALAM YANG DINGIN DGN SEJUTA HARAPAN
Bintang bergemerlap. Hembusan angin malam menggetarkan seluruh badan. Sang bulan seolah tersenyum memandang diriku. Suara cicak gaduhkan suasana. Ringkikan jangkrik mengiringi alunan musik. Aku terdiam diteras rumah, pandanganku lurus ke depan mengarah pada sebuah lampu. Aku bermain-main dialam imajinasiku andai aku seperti lampu itu.... betapa bahagia diriku, karena aku dapat menerangi sebagian dunia. jika aku seperti lampu itu.. aku kan sangat bahagia. karena aku menerangi umat manusia. memberikan arahan pada hal-hal yang baik aku menjadi orang berguna. belaian angin membuat aku tersadar dari alam imajinasi. serangga malam membuat alunan musik yang memenuhi telingaku. suara jangkrik bagai suara melodi, suara katak bagai suara dram, suara kelelawar mengikuti dibelakang suara jangkrik yang bagai suara guitar, dan tidak ketinggalan suara cicak bagaikan sebagai vokalisnya. serangga-serangga itu berkumpul membuat alunan musik malam ibarat grup band insect nigh. aku masih terdiam diteras rumah pandanganku beralih pada genteng rumah dan aku kembali masuk dalam alam imajinasi andai aku jadi genteng itu aku mungkin akan jadi orang yang paling hebat!!! karena aku rela mengorbankan diterpa angin, hujan, dan panas terik matahari yang sangat menyengat. memberikan ketenangan setiap manusia yg berada dibawahku langit terang, seketika berubah gelap sang bulan mengucapkan selamat tinggal pada diriku yg masih dlm alam imajinasiku, lambaikan tangan dan tersenyum. awan mendung yg hitam pekat menutupi sang bulan dan menambah gelapnya malam. bintang-bintang kecil yg bagi mata malaikat mengintip penduduk bumi juga ikut pergi meninggalkan aku. "jdaarrrrrrrrrr"..........
Kamis, Juli 01, 2010
Kisah Cinta
Setiap manusia yang normal, pastinya pernah mengalami kisah cinta dalam hidupnya. Sebuah hal yang manusiawi, karena memang pada takdirnya kita diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan.
Lelaki dan perempuan. Keduanya akan saling memiliki kecenderungan, sebagaimana fitrahnya.
Kita tidak bisa memastikan akhir dari sebuah kisah cinta. Apakah seseorang yang kita anggap terbaik akan mendampingi hingga akhir usia kita atau sebaliknya. Apakah akan berakhir bahagia atau tragis. Berumur panjang atau hanya hitungan hari.
Kisah cinta yang paling melegenda adalah Romeo dan Juliet. Sebuah roman karangan Shakespare ini begitu mendunia, setiap orang hampir pernah mendengar kisahnya. Ingin seperti itukah kisah kita? Atau seperti cinta Muhammad dan Khadijah, Yusuf dan Zulaikha, atau Adam dan Hawa?
Jika kita menginginkan kisah cinta kita berjalan dengan indah, maka kita harus mempelajari banyak hal, diantaranya :
- Selalu mengembangkan kepribadian secara terus-menerus. Kisah cinta yang sejati adalah tentang bagaimana membuat orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik berbahagia karenanya. Ia juga emosi yang penuh kehangatan dan gelora, karena seluruh isinya adalah semata-mata keinginan baik. Dan itu semua harus terangkai dalam tindakan nyata.
- Memberi perhatian penuh, yang lahir dari lubuk hati paling dalam dan keinginan yang tulus. Berusaha secara terus-menerus untuk memahami latar belakang kehidupan sang kekasih, menyelidiki seluk beluk persoalan hatinya, mencoba menemukan karakter jiwanya, mendefinisikan harapan-harapan dan mimpi-mimpinya, dan mengetahui kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai kepada harapan-harapannya itu. Bukankah indah kisah cinta yang seperti ini?
- Penumbuhan, yaitu melakukan tindakan-tindakan nyata untuk membantu sang kekasih bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Ia menginspirasinya untuk meraih kehidupan paling bermutu yang mungkin ia raih berdasarkan keseluruhan potensi yang dimilikinya. Pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran orang yang kita cintai. Kisah cinta yang bisa menerapkan ini, tentu akan sangat membahagiakan dan melanggengkan hubungan.
- Perawatan yang permanen, dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebajikan pada pasangan. Ia harus dipuaskan dengan kebajikan harian yang membuatnya nyaman. Memberinya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.
- Melindungi jiwa, raga, masa depan serta proses pertumbuhannya. Perlindungan adalah langkah-langkah proteksi yang bersifat antisipatif untuk memastikan bahwa orang yang kita cintai menjalani kehidupannya secara aman, baik fisik maupun psikis, dan bahwa proses pertumbuhannya berjalan dengan baik tanpa gangguan berarti yang akan menggagalkannya.
Dalam banyak situasi, proses perlindungan itu mengharuskan kita berkorban apa saja, termasuk jiwa. Dalam makna pengorbanan yang tulus itulah cinta menemukan kesejatian dan keindahannya sekaligus.
Pengorbanan dalam sejarah cinta laksana pelangi yang menghias langit kehidupan. Itu sebabnya kisah cinta sejati selalu menghadirkan sifat-sifat ksatria, keterhormatan, kedermawanan, kesetiaan dan pengorbanan.
Jalan hidup kita biasanya tidak linear, tidak juga seterusnya pendakian atau penurunan. Karena itu pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional. Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan ditengan situasi-situasi yang sulit. Disitulah konsistensi dan integritas teruji.
Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya merasakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Adapun tantangan cinta yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesetiaan cinta teruji. Apakah kisah cinta kita juga akan teruji oleh waktu?????????
KISAH NYATA ..................................................
Cerita Dewasa : Kisah Cinta di Bangku Sekolah
Kota X, pertengahan September
Suasana sepulang sekolah merupakan suasana yang cukup menyenangkan apabila semua orang bisa memandangnya dari sudut pandang Mitha. Dan Mitha menikmati setiap peristiwa yang terjadi di depan matanya, merasakan tawa yang keluar dari bibirnya ketika melihat seorang siswa menjatuhkan jajanannya dari kantung tasnya, dan menggelengkan kepalanya ketika melihat dua anak yang saling berpegangan tangan menyusuri lorong-lorong kelas dan tersipu malu tatkala beberapa siswa yang berkerumun menyoraki mereka. Indahnya cinta.
“Mitha,” sebuah suara menyapanya, “maaf aku membuatmu menunggu.” Mitha menoleh dan melihat Gara berlari-lari kecil menghampirinya sambil terengah-engah. “Ah, ngga apa-apa kok.” jawabnya sambil lalu, toh ia menikmati suasana ini.
“Yuk.” Gara menggamit lengannya dan menggandengnya menuju parkiran sepeda motor di depan sekolah.Mitha membiarkan angin menyibak rambutnya saat sepeda motor Gara menelusuri jalan raya menuju ke rumahnya. Tangannya terjulur memeluk pinggang Gara erat-erat, tangannya yang lain memegangi helm yang menutupi kepalanya supaya tidak terbawa oleh angin saat mereka melaju. Mendadak Gara memelankan laju sepeda motornya.
“Mitha,” Gara berkata lembut, “kita cari tempat untuk ngobrol yuk.”
Mitha mendesah mengiyakan dan merasakan kegalauan yang sejak kemarin mengamuk di hatinya semakin menjadi-jadi.Gara membelokkan sepeda motornya memasuki sebuah gang kecil, menelusuri jalanan sempit itu, dan berhenti di pekarangan sebuah rumah kecil yang rindang ditumbuhi pepohonan. Mitha semakin kacau. Gara menurunkan penopang sepeda motornya, menunggu sampai Mitha turun, dan melangkah ke arah teras rumah. Mitha menggenggam tali tasnya erat-erat, mencoba mengusir galau hatinya dan mengikuti langkah Gara. Mitha mendudukkan dirinya di atas kursi taman di depan Gara duduk, menatap lurus ke ujung-ujung sepatunya.
Mitha memejamkan matanya mendengar setiap kata-kata penjelasan Gara. Air mata mulai mendesak keluar dari kantung matanya. “Maafkan aku,” desis Gara. Ah, mungkin kata-kata itulah yang paling banyak dilatihnya semalaman supaya bisa diucapkannya saat ini. “Aku mau pulang,” Mitha akhirnya berbisik lirih. “Aku antar ya?” Gara bangkit berdiri dari kursinya. “Thanks, tapi aku sebaiknya pulang sendiri,” Mitha mengeraskan hatinya, tak ingin kelihatan cengeng di depan Gara. Gara memandang punggung Mitha yang berjalan menyusuri pekarangan dan menghilang di balik pagar, Gara menendang meja tamunya, merasakan nyeri di ujung kakinya dan di dalam hatinya.
Mitha merasakan hatinya sedikit tenang saat kakinya melangkah semakin jauh dari rumah Gara, Mitha menolehkna kepalanya, menatap atap rumah itu yang menyembul di atas pepohonan. Tak ada lagi Gara yang manis, yang membelai rambutnya dengan lembut, membuatnya tertawa riang, yang ada hanyalah angin yang menghembus sepoi, menjadi saksi bisu berakhirnya hubungan cinta yang telah empat tahun terjalin di antara mereka.
Mitha tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang menatapnya bertanya-tanya selama perjalanan pulang di dalam angkutan umum itu, yang diinginkannya saat ini adalah menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, membenamkan kepalanya di dalam bantal dan berteriak sekuat-kuatnya melepaskan beban di hatinya.Kota X, sehari menjelang lebaran
“Tiga…dua…satu…” Ray mengikuti detak jam dinding di atas kepalanya. Tepat pada hitungan kesatu Ray mengangkat tangannya, menopang tubuhnya, menggoyangkan kepalanya, dan memandang kegelapan ruang di sekelilingnya.
Matanya menangkap geliatan tubuh telanjang di sampingnya, bibirnya menyunggingkan senyuman nakal. Ray membungkukkan tubuhnya, menggigit kecil daun telinga gadis di sebelahnya dan berbisik, “I love you..”. Gadis di sampingnya hanya mengeluh pendek, ketidak acuhan itu cukup untuk mengusik ego Ray. Tangannya terjulur menyusup ke balik kain sprei, memeluk si gadis dari belakang, menemukan, meraba, dan meremas payudara si gadis di sampingnya, membuat si gadis terbangun dan menggeliat, “Ray….” “Ssshh…enak begini,” desis Ray di telinga si gadis. Ray mengangkat paha kanannya, memeluk pinggul si gadis dengan kakinya, menurunkan pinggulnya dan menyusupkan batang penisnya di lipatan paha si gadis. Si gadis mendesah kecil dan membuka pahanya. Ray membenamkan hidungnya di rambut si gadis, menciumi aroma segarnya, dan menggerak-gerakkan pinggulnya, menggesekkan penisnya di bibir vagina si gadis. Telapak tangannya meremas dan memijat payudara si gadis, membuat si gadis terengah-engah dalam kenikmatan yang diberikannya. Ray mendesis dan tertawa lirih saat si gadis menjerit kecil ketika ujung penisnya menusuk liang vagina si gadis. Ray menikmati kegusaran gadis itu yang secara impresif membalikkan tubuhnya dan berusaha menamparnya. Ray memegang pergelangan tangan si gadis, mengecup bibirnya, “Sakit ya? Kasihan deh.” Dan merasakan tangan si gadis melemas, membalas ciumannya dan melumat bibirnya. Ray memandang jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul empat pagi. “Ah, puasa terakhirpun kulewatkan,” desahnya. Ray bangkit dari tempat tidur dan memunguti bajunya yang berserakan, mengenakannya, dan mengecup bibir Enni dari pinggir tempat tidur sebelum melangkah menuju jendela. Maling. Dan tuduhan itu membuatnya geli.CHAPTER I
Pantai Z, lebaran kedua, pukul 03.00 pagi
“Tapi, Ray, aku masih susah untuk melupakannya.” Ray menatap mata sendu Mitha dalam-dalam, memandang kearah pasang yang mulai terlihat surut, menghisap rokoknya dalam-dalam, “Walau bagaimanapun, yang namanya cinta, memang cenderung berakhir menyakitkan, menorehkan luka kenangan yang sulit dilupakan, karena di situlah letak karasteristik sebuah perasaan cinta.”
“Ah, tapi ada kan yang cintanya tetap kekal dan membawa kebahagiaan?”
Ray mengembangkan senyumnya, membuang puntung rokok yang masih setengah panjangnya itu jauh-jauh ke pasir pantai, “Jangan mengacaukan cinta dengan kasih.” Mitha mengikuti gerakan puntung rokok yang melayang lalu padam setelah mencapai permukaan pasir, “Maksud kamu?” Ray bangkit berdiri, menggosokkan telapak tangannya yang terasa dingin ke pahanya, membersihkan butir-butir pasir yang menempel, “Kasih, tidak terbawa oleh nafsu, karena itu ia abadi adanya. Tetapi cinta lekat dengan nafsu, nafsu ingin memiliki, ingin mengikat, menguasai, memuaskan, dan egoisme adalah inti utama dari cinta,” sampai di sini Ray menghela nafasnya, berusaha menimbulkan kesan dalam pada setiap ucapannya, “dan bukankah itu yang selalu disenandungkan orang-orang dalam lagu-lagu mereka? Pernahkah mereka membicarakan tentang kasih? Kasih yang tidak menuntut, hanya memberi, berlandaskan pengorbanan, tidak cemburu, murah hati, dan sebagainya seperti yang pernah engkau pelajari?” Mitha mengalihkan pandangannya dari Ray ke arah pantai, “Kamu tahu banyak, Ray,” gumamnya, “dan mungkin kau benar.” Ray tertawa, melompat kecil ke belakang Mitha, memegang pundaknya dan memijat perlahan, “Kau mengerti sekarang?”
“Tujuh puluh lima persen,” senyum Mitha menikmati pijatan Ray. Ray mencium pipi si gadis dari belakang, berlari menuju mobilnya, membukakan pintu samping dan membungkuk, “Shall we go?” Mitha tertawa melihat gayanya yang konyol, menjewer kuping Ray sebelum melangkah masuk ke dalam mobil.Kota X, awal tahun baru
Mitha merasa bingung dengan dirinya sendiri, menyaksikan Gara yang berlutut memeluk kakinya dan memohonnya kembali adalah bunga mimpinya setiap hari, dan seperti kebanyakan mimpi, Mitha hanya menganggapnya sebagai suatu pelampiasan keinginan perfeksionis yang tidak tercapai di kehidupan nyata. Namun kini……
“Mitha, aku tak bisa hidup tanpa kamu,” Gara membenamkan wajahnya di sela-sela kaki gadis yang duduk di hadapannya dan membasahinya.
“Gara…..” Mitha merasakan air mata mulai mengalir di pipinya. Bahkan sampai sekarang aku masih tetap menyayangimu. Mitha membungkukkan tubuhnya, memegang bahu Gara, dan mengecup ubun-ubunnya, “Bagaimana dengan keluargamu?” Gara mendekap kaki Mitha lebih erat, “Persetan dengan mereka.”Jalanan Hutan dari pantai Z ke kota X, lebaran kedua, pukul 03.15 pagi
“Alangkah susahnya melupakan cinta pertama.”
Ray tersenyum, memperhatikan pepohonan yang berlari di sekitarnya, “Kata orang, cinta pertama dibawa mati, ‘tul ngga?” Mitha menarik nafas panjang, “Aku tak pernah mencoba membayangkan untuk mengecup bibir seseorang dan menyerupakannya dengan Gara.”
Ray menggerakkan stirnya ke kanan, menghindari kucing liar yang mendadak melintasi jalan.
“Bukankah beberapa orang justru melakukannya?”Masa-masa kebahagiaan dan kedewasaan
Mitha memperoleh kembali kebahagiaannya yang terenggut saat perpisahannya dengan Gara. Hubungan ‘backstreet’ mereka berlangsung seakan begitu sempurna, penuh dengan canda tawa dan keceriaan. Namun Mitha harus rela menempuh hubungan jarak jauh tatkala Ray lebih memutuskan untuk mengikuti amanat orang tuanya sebagai seorang anak tunggal, yaitu dengan berkuliah di Surabaya, sementara Mitha memperoleh PMDK-nya dari sebuah universitas negeri terkemuka di Bandung. Gara berjanji akan menjenguknya sebisa mungkin. Mitha sadar bahwa Gara bukanlah berasal dari keluarga yang mampu, namun yang diingat dan diinginkannya saat itu adalah bahwa bagaimanapun ia harus mempertahankan hubungan ini sebisa mungkin. Mitha mengalami berbagai cobaan yang berat selama kuliahnya di Bandung, banyak lelaki yang terpikat oleh kemolekan dan keanggunannya sebagai keturunan putri keraton dan berusaha memikatnya dengan berbagai cara yang luar biasa yang cukup untuk menjatuhkan hati gadis manapun juga. Tapi Mitha masih mampu bertahan dan mengeraskan hatinya, menolak setiap uluran tangan dan godaan yang datang, dan hanya bisa melampiaskannya ketika Gara datang menjenguknya dengan kecintaan dan kerinduannya, membelai tubuhnya dan bercinta di wisma-wisma murah yang berserakan di sekitar kampusnya.
Mitha tumbuh dan berkembang menjadi seorang gadis yang lebih dewasa, dan seiring perkembangannya, Mitha menjadi semakin khawatir akan masa depan hubungan mereka yang semakin kabur semenjak rakyat mulai tersegmentasi oleh kekacauan-kekacauan berbau SARA yang marak di daerah-daerah. Hal inilah yang mampu menahan dan menguatkan dirinya ketika Gara mengendus telinganya di atas kasur murahan dan memohonnya untuk melakukan hubungan suami istri. Keinginan dan hasratnya tertahan oleh ketakutannya sendiri akan masa depan yang kabur itu, dan Gara sepertinya mengerti akan ketakutan itu, mencoba menghormati keputusannya, walaupun terkadang menjadi emosionil ketika hasratnya tak terlampiaskan.
“Gara, bagaimana dengan kita?” Mitha mendesah, merasa berat melepaskan kepergian Gara selama dua bulan ke Gresik. Di lain pihak, Mitha sadar posisi Gara yang menjadi harapan satu-satunya sebagai calon tiang penopang perekonomian keluarganya. Gara memeluk tubuh telanjang Mitha, membisikkan janji-janji indah ke kupingnya, “Aku akan menyuratimu.” bisik Gara.
“Aku akan mencoba bertahan,” Mitha mendesah lirih.
Gara membungkuk di atasnya, mengecup puting susunya, menindihnya dan meletakkan batang penisnya di bibir vagina gadisnya. Malam itu menjadi milik mereka, namun bagi Mitha, kenyataan itu justru menimbulkan alasan baru untuk segera mengakhiri ketidak pastian cerita cinta mereka. Dan kembali malam itu, Gara merasakan penolakan Mitha saat gadis itu mendorong tubuhnya ke samping, memegang batang penisnya dan memaksa spermanya keluar.Jalanan Hutan dari pantai Z ke kota X, lebaran kedua, pukul 03.45 pagi
Ray merasakan pengaruh caffein itu membuat kantung kemihnya beroperasi lebih cepat. Ray mengurangi laju mobilnya dan menghentikannya di bahu jalan, “Pipis dulu.” Mitha melengos dengan perasaan geli, “Gokil, ah.” Ray tertawa dan keluar dari mobil.
“Aku kagum padamu,” Ray berkata ketika mobil yang mereka tumpangi kembali melaju di atas jalanan hutan.
“Ah, Ray. Aku bukan gadis selemah yang kau kira.”
“Mungkin cowokmu yang bego,” tawa Ray, yang segera meringis ketika kepalan tinju Mitha mendarat di lengan kirinya.
Tawa mereka mengiringi instrumental Richard Clayderman yang mengalun dari tape mobil, menyeruak kegelapan hutan dan kerumunan serangga malam.CHAPTER II
Ilustrasi Dosa
Gadis itu merintih kecil ketika bibir si Pria menyentuh dan menghisap lebut puting susunya, badannya menggelinjang di atas kasur yang mulai basah oleh keringat. Si Pria memainkan jemarinya di paha si Gadis, membelainya, menelusurinya, menemukan dan membuka lipatan paha si Gadis. Erangan dan keluhan keluar dari bibir si Gadis ketika jemari itu memasuki dan membelai dinding-dinding vaginanya, tangannya terangkat dan memeluk leher si Pria yang kini menjilati seluruh permukaan dadanya. Tangan si Pria terjulur, menuntun pergelangan tangan si Gadis ke arah penisnya, membiarkan jemari si Gadis bermain-main dengan batang penisnya yang menegang, sementara tangannya sendiri kembali menyelip di selangkangan si gadis dan memainkan bibir-bibir vagina si gadis.
Mereka berdua mengeluh, mendesah, dan menggelinjang akan setiap rangsangan yang saling mereka bagi satu dengan lainnya.
Si Pria mengangkat tubuhnya, menatap lurus ke mata si Gadis, mencari-cari jawaban atas permintaan abstraknya, mendesah saat si Gadis menganggukkan kepalanya dengan gerakan samar. Si Pria menurunkan pantatnya perlahan, memegang batang penisnya dengan tangan kanannya, dan menyentuhkan ujung penisnya menyibak bibir vagina si gadis memburu liang kehangatannya. Si Gadis menjerit lirih ketika ujung penis si Pria menusuk dan berusaha membuka jepitan liang vaginanya. Si Pria mengerang tertahan, mendengus, dan menekan penisnya lebih kuat, kepalanya menunduk dan menciumi wajah si Gadis yang mulai basah oleh keringat. Erang kesakitan keluar dari bibir si Gadis saat penis si Pria berhasil menembus selaput daranya, memenuhi liang vaginanya yang terasa berdenyut-denyut. Si Pria membiarkan gerakannya terhenti, meresapi kenikmatan denyut otot liang vagina si Gadis, menciumi lehernya, dadanya, ketiaknya yang bersih. Kesakitan dan rasa nyeri yang dirasakan si Gadis membuatnya terengah dan mengerang, meronta saat penetrasi batang penis si Pria seakan jarum yang menusuk saraf-saraf sekujur tubuhnya. Si Pria mendengus-dengus, menggerakkan pinggulnya semakin cepat, tidak mengacuhkan geliatan si Gadis dan erangan kesakitannya, mengencangkan otot pinggulnya, dan menarik keluar penisnya sebelum spermanya membanjiri liang vagina si Gadis. Kepala si Pria terangkat, mulutnya mengeluarkan desahan penuh kenikmatan. Si Gadis merasakan otot-otot tubuhnya melemas, merasakan beban yang menindih dadanya saat kepala si Pria menempel di permukaan kulit payudaranya.
Jalanan Hutan dari pantai Z ke kota X, lebaran kedua, pukul 04.15 pagi
“Sssshhh.. hhh….” Ray mengepulkan asap rokok dari tepi bibirnya. Mitha memandangi langit yang mulai berwarna kebiruan, pertanda matahari akan segera muncul. Beberapa pecari kayu bakar terpaksa meminggirkan sepeda mereka saat mobil yang dikendarai kedua anak manusia itu melaju melintas dengan kecepatan yang cukup untuk menekan udara menggoyangkan sepeda mereka. “Ray, benarkah banyak terdapat cowok oportunis di dunia ini?” Mitha membuyaran kesunyian di antara mereka. Suatu pertanyaan yang merepotkan, pikir Ray saat itu, “Seandainya saja kebanyakan pria tidak tercipta dengan pemikiran yang lebih kuat dari perasaannya, dan dengan tanpa libido yang luar biasa, mungkin jawabannya adalah tidak.”
Mitha menghela nafasnya dalam-dalam, matanya masih memndangi pepohonan dari balik jendela di samping tubuhnya. “Namun,” Ray meneruskan, “sekarang semuanya kita kembalikan saja kepada yang dinamakan nafsu. Nafsu mampu membuat segala cahaya menjadi kegelapan, sebaik apapun manusia, apabila nafsu menguasainya….”
“Aku tahu itu,” Mitha memotong perkataan Ray.Bandung, pertengahan Mei
Mitha merasakan kepiluan hatinya saat menyaksikan Gara yang menutupi hidung dan mulutnya dengan kedua telapak tangannya. “Maafkan aku,” bahkan Mitha tidak menjadi geli merasakan anekdot ini, selintas ingatannya betapa iapun berusaha menghapalkan perkataan ini sepanjang malam untuk melatih keberaniannya, persis seperti Gara beberapa tahun lalu.
Mitha berusaha mengeraskan hatinya untuk tidak mengakui kebohongannya, berusaha mengalihkan pandangan matanya ke ujung-ujung jemari kakinya.
“Bunuhlah aku, Gara,” Mitha terisak, “karena kelemahanku, apapun asalkan kau merasa puas.” Mitha mencoba membangkitkan kebencian Gara kepadanya, karena ketidak mampuannya menahan godaan di saat-saat kesepiannya. Gara menurunkan tangannya, menatap Mitha dengan mata berair, merasakan saraf-sarafnya terbakar di sisi keningnya, menggeram lirih, “Alangkah ringannya kematian atas luka yang kautorehkan di jangka kepercayaanku.”
Gara bangkit berdiri, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya.Jalanan Hutan dari pantai Z ke kota X, lebaran kedua, pukul 04.35 pagi
“Mungkin kamu akan menyetujui pendapat bahwa cinta yang bergelimang nafsu akan selalu menuntut kesetimpalan perbuatan apapun yang mengkhianatinya. Bukankah begitu, Ray?” Mitha memandang Ray yang mencoba memecah konsentrasinya.
“Kamu membuatku semakin terbawa oleh ceritamu,” Ray tertawa dan membuang rokok di jepitan jemarinya keluar jendela.Bandung, pertengahan Mei
“Gara!” jeritan lirih itu tak dihiraukannya. Gara memegang tangan Mitha dengan kasar dan menarik gadis itu berdiri, Mitha melihat pandangan mata Gara dibayangi kebencian bercampur dengan air mata, bulu-bulu roma gadis itu berdiri dan adrenalin di sekujur tubuhnya engalir semakin cepat. Gara menempelkan tubuhnya di tubuh Mitha, menjambak rambut gadis itu dan menarik kepalanya ke belakang, mendesis, “Terlalu ringan….”
Mitha dapat merasakan hawa kebencian itu menghembus wajahnya. Gara membalikkan tubuh Mitha, tetap menjambak rambut gadis itu, menekan punggungnya sampai setengah tertelungkup di atas sofa.
“Gara…..” Mitha mulai merasakan kengerian itu memaksa air matanya mengalir lebih deras, sejenak keraguan akan rencananya menyeruak di benaknya, namun akankah sesorang mampu membagi alternatif lain dari kekerdilan pemikirannya saat itu?
Gara menyelipkan tangannya ke balik pakaian Mitha, meremas kasar payudara si gadis, menggeram, “AKU sekarang…” Mitha mengerang kesakitan saat kuku-kuku Gara menancap di kulitnya. Setelah merasa puas meremas, Gara mengeluarkan tangannya dan mengangkat rok Mitha melewati pinggulnya, menarik celana dalam si gadis dengan paksa, membuka kaki Mitha dengan dengkulnya. Mitha merasakan kepiluan dalam dirinya, kenyataan ini adalah yang kemudian disadarinya sebagai konsekuensi yang harus diterimanya dari pengorbanannya sebagai seorang kekasih, membuatnya membatalkan setiap keinginannya untuk meronta dan melepaskan diri. Gara menyusupkan jemarinya ke selangkangan Mitha, meremas dan menggesek dengan kasar kemaluan si gadis, membuat Mitha meringis menahan rasa sakitnya. Gara menggeram dan menggigit pinggul si gadis dalam-dalam. meninggalkan jejak kemerahan di kulit Mitha yang putih, dan menusukkan telunjuknya ke lubang vagina gadis di bawahnya. Mitha menjerit kesakitan, merasakan setiap kengerian itu menusuk dan mengoyak kemaluannya, namun jeritannya berubah menjadi isak tertahan saat Mitha mengeraskan hatinya kembali dengan menggigit bibirnya dalam-dalam. “Kamu menyukainya, KAN?” Gara menggeram, merasa puas akan kepasrahan Mitha. Gara mengeluarkan jarinya dan membuka celananya, mengeluarkan penisnya yang menegang sejak tadi karena rangsangan dari ilusinya atas persetubuhan Mitha dengan si pria itu.Gara menahan tubuh Mitha dengan sikut kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam batang penisnya, memainkannya seakan ragu akan tindakannya sendiri. Namun hawa kebencian dan imajinasi yang menyakitkan hatinya membuatnya seakan gila. Gara memegang pantat Mitha, membukanya dan menghujamkan penisnya sekuat tenaga ke liang vagina si gadis. Mitha membenamkan mulutnya ke sofa, mengerutkan keningnya dan menjerit sejadi-jadinya, perutnya seakan ditusuk oleh pisau tajam yang mengoyak dan mengguncang otot-otot selangkangannya.
Gara mengerang merasakan kesempitan liang vagina gadis di bawahnya, dan mendesis saat menggerakkan pinggulnya dengan kasar. Mitha merasakan kenyerian yang amat sangat, air matanya membanjiri kain penutup sofa, gadis itu menggigit kain itu sekuat tenaganya, berusaha menyalurkan semua rasa sakit di selangkangannya, tangannya menggapai-gapai dan mencengkeram pergelangan tangan Gara yang menjambak dan menekan kepalanya. Gara menggerakkan pinggulnya semakin cepat, hanyut dalam kenikmatan kebenciannya, “MAMPUS!” Gara mengerang dan menekan penisnya dalam-dalam. Mitha menjerit tertahan dari mulutnya yang terkatup, merasakan cairan sperma itu menyembur membasahi saraf-saraf di dinding liang vaginanya. Gara menekan-nekan beberapa saat, menarik keluar batang penisnya yang basah dan berwarna kemerahan, merasa puas membayangkan betapa tindakannya telah menorehkan luka di kemaluan Mitha.
Mitha terisak dalam kenyerian dan kepedihan yang dirasakannya.Jalanan Hutan dari pantai Z ke kota X, lebaran kedua, pukul 05.05 pagi
Ray menyalakan lagi sebatang marlboro yang sudah terselip di ujung bibirnya.
“Impulsif dan emosionil,” Ray mendesis, mengepulkan asap rokok keluar jendela, berusaha untuk menahan emosinya sendiri yang sedikit terhanyut. Rumah-rumah mulai banyak terlihat di pinggir jalan, pertanda bahwa mereka sudah mulai memasuki kota. “Tapi tepat seperti apa yang kuharapkan darinya.”
“Ah?”Epilog :
Pasca kejadian
Semenjak kejadian hari itu, Gara tak pernah lagi menghubungi Mitha. Mitha sendiri tidak pernah mencoba untuk mengganggu Gara, bahkan saat Gara diwisuda, Mitha hanya mendengar kabarnya dari salah seorang temannya, dan hanya bisa berdoa bersyukur karena akhirnya cita-cita Gara dan keluarganya tercapai, tanpa gangguan apapun darinya.
Kepuasan Mitha digapainya dengan keberhasilan setiap rencana pengorbanannya untuk keberhasilan Gara, kepuasan menyaksikan kebencian Gara yang mampu membuat lelaki itu melupakannya, kepuasan melihat Gara dan keluarganya berbaikan kembali setelah sekian lama berkutat atas hubungan mereka, kepuasan atas keberhasilan Gara memenuhi tuntutan orang tuanya, dan terutama, kepuasan karena akhirnya ia berhasil menyerahkan keperawanannya kepada satu-satunya orang yang ia kasihi, Gara, walaupun semuanya terasa begitu menyakitkan, dan lebih menyakitkan ketika sudut-sudut matanya menyaksikan linangan air mata di pipi dukun bayi itu saat mengangkat bakal janin dari rahimnya yang kini invalid.
Mitha merasakan hidupnya selesai, hasratnya akan keindahan dan kemolekan keduniawian yang semu di masa depannya lenyap sudah. Namun kematian ini dianggapnya sebagai sebuah kebangkitan hidup baru berwujud penyerahan seluruh jiwa dan raganya ke tangan Penciptanya dalam pelayanannya di sepanjang sisa hidup baru itu. Kenangan akan cintanya yang hanya sekali selamanya merupakan pemicu kedekatannya pada Tuhannya, dan dalam tangis pertobatannya setiap malam, nama Gara adalah satu yang takkan pernah terlewatkan.
Kota X, lebaran kedua
Ray menghentikan mobilnya, memandang matahari yang mulai melewati atap-atap rumah, “Ahh, tak terasa hari mulai pagi.” Mitha tersenyum, memutar tubuhnya menghadap Ray, sahabat bermainnya sejak kecil, satu sosok yang diletakkannya di urutan kedua setelah Gara. “Ray…” Ray membalas pelukan Mitha, merasakan tanggul di kantung matanya hancur, membasahi pundak Mitha dengan air matanya, “Cengeng ah, aku tidak apa-apa kok.” Ray membenamkan kepalanya, merasa bingung, karena apapun yang akan dilakukannya tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi. Mitha menepuk punggung Ray, merasakan air matanya sendiri mengalir membasahi baju sahabatnya. “Jangan lupa kunjungi aku di sana, Ray.” “Aku takkan melewatkan kesempatan itu, untuk melihat kerudung menghiasi keanggunanmu.” bisik Ray di telinga Mitha. Mitha tertawa kecil di sela isaknya, “Perayu bodoh.” “Tetaplah berdoa untukku,” Mitha mengecup kening Ray,”terima kasih karena telah mengingatkanku bahwa kasih dan pengorbanan adalah lebih utama daripada cinta.” Mitha menghapus air mata yang mengalir di pipi sahabatnya dengan ibu jarinya, merasakan kasih sayang seperti seorang ibu kepada anaknya, seperti seorang kakak kepada adik kesayangannya. “Selalu.” Ray menjawab lirih, enggan melepas kepergian Mitha dan kehangatan kenangan persahabatan mereka yang sebulan berikutnya tidak akan dapat terulang seperti dulu lagi.
Ray mengamati Mitha yang keluar dari mobilnya, melangkah membuka pagar rumahnya, dan melambaikan tangan mengiringi tekanan kakinya pada pedal gas di bawahnya.
Ray menghentikan mobilnya beberapa meter kemudian, melompat turun, menghapus air mata yang mengalir kembali di pipinya, melambaikan tanganya dan berteriak,”Selamat Natal, Mitha!!” Mitha berlari kecil keluar pagar, meletakkan telapak tangannya di sisi pipinya.
“Selamat Lebaran, Ray!!”Persahabatan dan kasih, adalah harta yang tak ternilai harganya.
THE END
Mungkinkah kejadian di atas terjadi? Ah, siapapun takkan menyangkal apabila nafsu yang berwujud emosi akan berubah menjadi tangan-tangan setan yang menghalalkan segala tindakan untuk pemuasannya. Dan hal ini dirasakan dan telah diperhitungkan secara matang oleh sahabatku, Mitha. Aku kagum dengan pola pikirnya dan perencanaannya yang brilian, dan aku terharu akan kasihnya yang begitu dalam kepada Gara. Rasa malu sangat kurasakan ketika aku berkotbah tentang pengorbanan kasih kepada Mitha, sementara pada kenyataannya, ia lebih mengerti daripada aku yang hanya berteori. Pengalaman ini ingin kubagi bersama para pembaca, karena mungkin pembaca dapat memetik beberapa point yang dianggap paling berkesan dari pengakuan ini.
Aku? Aku sudah melakukannya….
Tobat? Entahlah….Yang kutahu aku langsung menelepon Rani begitu sampai di rumah, membangunkannya, dan mengatakan bahwa aku sangat MENGASIHI-nya. Semoga bukan teori........
Rabu, Juni 30, 2010
KESAKSIAN CHARIAH
Saya telah dilahirkan anak lelaki kepada keluarga Muslim di Malaysia. Keluarga kami mempunyai tradisi keagamaan dan politik yang panjang dan penting di Malaysia. Sebagai orang-orang kenamaan di dalam sebuah negara Islam, agama Islam telah memainkan peranan utama dalam semua aspek kehidupan seharian kami.
Saya telah dibesarkan mengikut adat istiadat Islam, diajar bahasa Arab, pendidikan Al-Qur’an, upacara-upacara penyucian, doa, puasa dan sebagainya. Tetapi saya juga mempunyai kesempatan untuk kerap mengembara dan bermastautin semasa kecil di berbagai-bagai negara asing dan menimba ilmu pengetahuan mengenai kebudayaan-kebudayaan dan agama-agama yang berlainan. Saya berpeluang berkenalan dengan penganut-penganut agama Buddha, Hindu, Yahudi, Kristian dan teramat ingin tahu, yang manakah satu-satunya agama yang betul. Memang jelas tidak mungkin adanya Allah yang Esa tetapi ada pula pelbagai jalan untuk mengenal Dia kerana ajaran dan perintah-perintah setiap agama itu kerap bercanggah; maka tidak mungkinlah Allah yang sama yang memberi ajaran agama-agama tersebut kepada manusia. Renungilah alam ciptaan-Nya! Belajarlah hukum-hukum fizik. Setiap hari kita dapat menikmati seorang Pencipta dengan kebijaksaan, pengetahuan dan logik yang tidak terbatas! Selanjutnya, Pencipta ini tidak mungkin begitu mengelirukan dan kelam kabut seperti yang dilambangkan oleh agama-agama di dalam dunia ini.
Saya teringat kepada satu peristiwa ketika berumur enam tahun. Oleh kerana darjatnya ayah sering ke merata-rata tempat sehingga kadang-kadang saya tidak bertemu dengannya untuk berbulan-bulan. Pada suatu hari, saya amat merinduinya dan ingin bertemunya. Terlintas pada fikiran saya pula untuk berdoa kepada Allah agar membawa ayah pulang. Tetapi pada ketika itu, timbul pula masalah yang besar! Saya maklum akan bagaimana berdoa dalam bahasa Arab dan juga upacara penyucian tetapi saya tidak erti langsung bagaimana berdoa kepada Allah untuk keperluan yang khusus. Saya tidak mampu berdoa kepada Allah untuk hasrat itu dalam tertib yang berpatutan, disusuli dengan ayat-ayat yang betul dan teratur bentuknya. Saya hanya mengenal Allah sebagai Tuhan yang sangat, sangat jauh. Dia Tuhan Kudus yang hanya dapat dijangkau melalui pendalaman ilmiah Al-Qur’an berserta perintah-perintah di dalamnya, upacara-upacara penyucian yang betul serta Bahasa Arab yang betul. Sebaliknya, saya mempelajari bahawa agama Kristian itu sebagai agama yang mudah, berasaskan kasih dan maaf – yang sentiasa sedia menerima mereka yang lemah dan tidak layak. Saya selalu kagum apabila menonton filem-filem Kristian semasa kecil. Sebagai contoh, dalam kisah Quo Vadis, golongan orang Kristian yang ditindas dan diseksa oleh orang Rom, dengan hati yang rela sedia memaafkan perbuatan orang Rom yang keji itu. Golongan orang Kristian itu kemudiannya telah dibuang untuk dibaham singa-singa buas yang lapar di gelanggang perlawanan (amphitheater). Berhadapan dengan maut, mereka mula memuji dan menyembah Tuhan mereka. Saya dapat merasai satu tenaga kuat yang tidak dapat dijelaskan tersebar daripada kumpulan Kristian itu. Mereka lemah, namun kuat. Mereka menghadapi maut, tetapi pasti akan hidup untuk selama-lamanya. Saya sangat kagum tetapi juga keliru. Akhirnya, saya membuat keputusan untuk berdoa dengan neutral dan memohon kepulangan ayah tidak lewat dari esok.
Pada keesokan harinya, terdapat ketukan di pintu. Ketika saya membuka pintu, terlihatlah wajah ayah yang bersenyum ke arah saya. Ayah memaklumkan bahawa dia mahu memeranjatkan kami dengan kepulangannya! Alangkah gembiranya perasaan saya dan saya tahu bahawa doa saya itu telahpun dikabuli Allah. Pada waktu itu, saya sudah yakin akan kewujudan Allah. Tetapi masih terletak pada hati saya azam untuk mengetahui siapakah Allah yang sebenarnya!
Ketika di tanahair, saya dapati bahawa adat istiadat dan hukum-hukum Islam sukar dituruti. Semasa bulan Ramadan bulan puasa, saya dilarang menelan air liur. Apabila saya terkentut selepas membersihkan diri sebelum bersembahyang, haruslah membersihkan diri sekali lagi. Jika pula menguap, ayat-ayat Al-Qur’an mesti dibaca untuk mencegah diri dari dirasuk oleh makhluk halus yang masuk melalui mulut. Saya juga dilarang menyentuh anjing, mahupun bermain dengan anjing mainan. Antara barang kepunyaan saya ialah rantai leher yang terhias dengan ayat-ayat suci yang mesti ditanggalkan sebelum ke tandas. Terdapat beribu-ribu lagi perintah-perintah yang harus ditaati sehingga saya menjadi sangat takut sekiranya melakukan kesilapan dan seterusnya gagal. Maka, saya tidak dapat menemui ketenteraman jiwa.
Pada satu ketika, saya telah menerima sebuah Al-Kitab dan mula membacanya. Saya membaca keempat-empat Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya di dalam Perjanjian Baru. Setiap ayat yang dibaca menyeru kepada hati saya. Saya dapati bahawa di depan Allah, kita semua pendosa. Tidak kira betapa kuat dan tekunnya kita cuba memenuhi kehendak hukum-hukum itu, kita tidak mungkin akan berjaya. Ini kerana Allah itu lebih Kudus dari yang disangka. Cuma satu dosa memadai dalam hidup kita untuk membatalkan kemasukan kita ke dalam Syurga. Tambahan pula saya mengakui bahawa saya telah berdosa sekurang-kurangnya sekali di dalam hidup saya. Tetapi Allah telahpun berfirman: (Efesus 2:8) “Hal ini demikian, kerana dengan rahmat Allah, kamu diselamatkan oleh sebab kamu percaya kepada Yesus. Penyelamatan itu bukan hasil usaha kamu sendiri, melainkan kurnia Allah.”
***
Pada satu hari, ayah dan saya sakit tenat. Saya telah menemui beberapa orang doktor, tetapi mereka semua tidak berjaya menentukan jenis penyakit itu. Biarpun saya memakan semua ubat yang diberikan, saya merasa letih dari hari ke hari. Saya telah hilang berat badan sebanyak dua belas kilogram dan terasa bahawa sudah hampir tiba masanya untuk menemu ajal. Kemudian barulah saya mula berdoa kepada Allah. Saya mengaku segala dosa-dosa saya dan memohon ampun dari Allah. Saya menerima korban yang diberi Allah melalui anaknya Yesus Al-Masih dan kematian Yesus sebagai ganti saya untuk dosa-dosa saya. Walaupun saya tidak terdaya untuk makan, berdiri atau melakukan apa-apa perkara yang fizikal – saya berupaya untuk berdoa dan bersedia untuk bertemu dihakim-Nya pada Hari Kiamat buat selama-lamanya. Memanglah menjadi hasrat saya untuk ke syurga.
Setelah empat atau lima hari terlantar di dalam bilik tanpa rawatan, saya dimasukkan ke dalam hospital. Di masa yang sama, ayah dimasukkan ke dalam Unit Rawatan Rapi (ICU). Pada satu pagi, saudara-mara saya telah mengejutkan saya dari tidur dan menyampaikan berita sedih bahawa ayah telahpun meninggal dunia…
Punca rasmi kematian arwah ayah ialah kerana lemah jantung. Tetapi sebenarnya, doktor-doktor tidak dapat mengenal pasti punca penyakit yang dihidapi kedua-dua ayah dan saya. Terdapat khabar angin bahawa kami berdua telah diracun ataupun mangsa-mangsa ilmu sihir. Saya percaya bahawa saya masih hidup kerana firman-Nya di dalam Markus 16:17-18 yang berbunyi “Kepada mereka yang percaya akan diberi tanda-tanda ini: Mereka akan mengusir roh jahat demi nama-Ku; mereka akan berkata-kata dalam bahasa yang tidak diketahui. Jika mereka memegang ular atau meminum racun, mereka tidak akan mendapat celaka. Jika mereka meletakkan tangan pada orang sakit, orang sakit akan sembuh”
Beberapa tahun kemudian saya telah menghidap penyakit batin pula dan pakar psikologi tidak dapat membantu saya. Saya terkenang akan kepada Allah, yang mampu menolong dalam situasi-situasi yang rumit; Allah yang menyebabkan orang yang beriman kepada-Nya rela memaafkan musuh-musuh mereka dan menyembah Dia ketika berhadapan maut di gelanggang lawan itu (amphitheater); Allah yang mampu memulihkan apabila seorang itu terminum racun dan juga yang rela membantu ketika kemasyghulan. Secara kebetulan isteri saya telah membawa saya ke upacara ibadat seorang Evangelist (pengkhabar Berita Baik) Amerika (Ray Jennings). Di sanalah kami sekeluarga menukar kepercayaan kepada agama Kristian. Si Evangelist itu menumpangkan tangannya di atas saya lalu berdoa untuk penyembuhan saya. Dengan serta-merta, saya dipulihkan menurut firman Allah: “Kepada mereka yang percaya akan diberi tanda-tanda ini: … jika mereka meletakkan tangan pada orang sakit, orang sakit akan sembuh”
Pada hari ini saya bergerak dengan kehadiran Allah dalam hidup saya dan saya tahu bahawa Dia bersama saya. Kerana itu, saya mahu kamu tahu, wahai si pembaca Muslim, bahawa Allah yang Esa dan benar yang diperkisahkan Al-Kitab itu akan juga bersama-sama kamu apabila kamu membuat keputusan untuk mengikut cara yang ditunjukkan Isa.
Sumber: www.kesaksian.com
Mujizat Di Tengah Ledakan Listrik 380 V
Kejadian 28 Maret 2005 merupakan hal yang dasyat bagi saya. Saat itu tepatnya hari Minggu dan Kebetulan hari Paskah, saya dapat laporan dari kantor kalau ada kerusakan di kantor karena masalah listriknya. Jadi dikantor saya itu ada sekring yang putus, jadi saya harus mengganti sekering yang putus itu. Setelah ibadah saya bersiap-siap ke kantor.
Karena di luar matahari sangat terik ketika masuk ruangan, pandangan saya masih gelap karena silau. Akan tetapi sampai di depan rangkaian sekering itu saya langsung main ganti saja dan mungkin saya sedikit ceroboh sehingga saya sedikit terpeleset. jadi menyentuh aliran listrik lainnya.
Tapi saat itu saya cuma bisa bilang Haleluya…….Haleluya Tuhan, tolong saya. Saat itu ada anak buah saya yang melihat terjadinya ledakan itu, dia mengatakan sampai 5 m terjadi pentalan ledakan dibelakang saya, untungnya semua barang disana terdiri dari besi-besi jadi tidak mudah terbakar dan tidak menimbulkan api, dan dia juga mengatakan bahwa semburan apinya kencang sekali seperti ledakan petir, warnanya biru. Saya tahu Tuhan menolong Dan yang saya bingung saya bisa mengucap syukur, saya juga heran kok saya bisa merasa damai saja, saya langsung diberi pertolongan pertama dan dikasih obat salep biasa, lalu akhirnya saya dibawa ke Rumah sakit Sumber Waras, saya langsung dibersihin mukanya dengan obat, karena hari minggu tidak ada dokter jadi saya dirawat dulu dengan pertolongan pertama pakai obat biasa, dan baru keesokan harinya jam 10 dokter datang dan mengatakan bahwa ini biasa kalau kejadian kayak gini jadi bengkak, kayaknya sih yang saya tahu dokter berusaha menghibur.
Kunjungan anak saya yang mengharukan Barulah setelah 3 hari saya waktu itu pergi ke toilet dan saya mulai melihat ke kaca, saya sendiri kaget melihat wajah saya, karena benar-benar wajah saya mengerikan dan kelihatan kayak zombie, saya tapi tetap sukacita. Saya cuma ngomong ke Tuhan waduh Tuhan kalau wajah saya begini repot juga karena orang-orang nanti takut melihat saya. Saya berdoa, setiap 2 jam sekali saya berdoa Tuhan tahirkan saya, karena saya teringat mengenai orang yang kusta, jadi saya minta pemulihan tuntas, tahirkan saya Tuhan. Seperti semula. Saya imani bahwa saya mengalami kesembuhan total. Saya merasa malaikat datang mendoakan saya Saat itu saya mau saja didoakan, tapi saat itu kehadiran mereka membuat saya merasa damai, saat itu saya berpikir pasti mereka malaikat, apalagi setelah mereka berdoa, mereka anak muda tapi doanya dasyat dan menggetarkan hati serta meresap sekali dihati saya, saya langsung terpikir karena anak-anak Tuhan kan di jaga Tuhan dan Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anakNya. Pastilah saya mendapat kesembuhan total dan Tuhan mengirimkan malaikatnya. Apalagi saat itu saya merasa bahwa saya sudah melayani Tentulah saya dijaga oleh Tuhan. Dan yang lebih membuat saya bingung adalah bahwa penjaga yang menjaga kamar saya mengatakan “Pak saya heran saya melihat orang yang berdoa dengan Bapak tadi ada yang lain, pokoknya lain dari yang lain deh,” Saya merasakan hal yang luar biasa, padahal yang menjaga saya itu bukan beragama Kristen. Saya merasakan hadirat yang luar biasa kata anak buah saya itu, apalagi doanya sangat menyentuh hati. Rasanya, sampai sekarang saya masih terbayang mukanya itu, dan saya selalu terbayang muka mereka, saya berharap dan ingin bertemu tapi kayaknya belum pernah ketemu.
Namun lama-kelamaan copot juga, alis saya juga mulai tumbuh, malahan kulit saya lebih halus, kayak bayi kemerah-merahan. Memang sih dokter menganjurkan agar wajah saya jangan langsung terkena sinar matahari. Waktu itu tangan saya juga tidak bisa digerakkan, saya paksakan untuk bergerak karena kaku sekali dan sakit sekali, tapi dokter mengatakan kamu jangan paksakan untuk digerakkan karena nantinya kamu bisa dioperasi. Saat itu saya Cuma berdoa saja, saya bilang Tuhan saya serahkan semuanya pada Tuhan sambil saya pegangin tangan saya. Ternyata tangan sayapun tidak mengalami hal yang parah. Tuhan memang dasyat.
Saya sekarang semakin mengucap syukur dan merasa ini mukjizat luar biasa karena saya tidak perlu operasi, bahkan anak saya dan beberapa orang mengatakan bahwa kulit muka saya sekarang lebih bagus daripada sebelum kejadian tersebut. Tuhan begitu baik! Saya dipulihkan dan ditahirkan begitu rupa kembali. Semua itu adalah rencana Tuhan yang indah bagi hidup saya. |
“Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.” (Maleakhi 4:2) |
Dilahirkan dalam sebuah keluarga harmonis tidak menjamin kehidupan seorang anak bisa menjadi seseorang yang baik ketika bertumbuh dewasa. Demikianlah cerminan kehidupan Agustinus, sekalipun lahir dan bertumbuh dalam keluarga harmonis, namun kenakalan demi kenakalan yang dilakukannya sejak kecil menggiringnya ke dalam jebakan seks bebas dan narkoba.
“Waktu kecil saya bandel banget, saya akui bahwa yang saya mau cuma main. Bahkan kesekolahpun inginnya main saja,” demikian pengakuan Agustinus.
Tidak berhenti disitu, Agustinus malah memutuskan untuk berhenti sekolah. Hari-harinya dihabiskan untuk bermain dan bergaul dengan orang-orang yang tidak diketahuinya akan membawanya kepada kehancuran kehidupan.
Saat itu dia memiliki seorang teman yang kaya, namun gaya hidupnya buruk. Hingga suatu kali, Agustinus diajak ke tempat pelacuran untuk pertama kalinya. Awalnya dia takut, namun rasa ingin tahunya menghapuskan semua rasa takut yang sempat menyembul di sudut hatinya.
“Awalnya saya deg-degan, karena masih belum berani. ‘wah.. ngga mau ah..ngga mau ah…’”
Tapi temannya itu terus membujuk Agustinus, “Lo ngga nyesel lo.. ngga mau..!”
“Iya.. ngga nyesel..” jawabnya.
“Betul lo..”
Perang batin antara rasa takut dan rasa penasaran berkecamuk di pikiran dan hatinya. Tapi ternyata, rasa penasarannya lebih besar dan berhasil mengalahkan rasa takutnya.
“Iya deh.. klo gitu coba deh…” demikian akhirnya Agustinus melangkah kedalam jerat seks bebas.
“Akhirnya saya balik lagi, dan mengambil satu cewek.. wah ternyata enak..! Disitu saya mulai terjerat.”
Tidak berhenti hanya di pelacuran, Agustinus melakukan kumpul kebo (tinggal serumah dengan wanita tanpa menikah – red), dan juga menggunakan narkoba. Kehidupannya hancur, tubuhnya makin kurus kering, dan dia dihantui rasa bersalah.
“Saya kumpul kebo, hidup saya hancur, memakai narkoba. Untuk berpikir saja waktu itu sangat susah, tidak seperti sekarang ini. Selain itu tubuh saya juga kurus, seperti hanya tulang dibungkus kulit saja.”
“Terkadang saya merasa Tuhan menyadarkan saya, ‘Gus..lo salah.. lo salah..’ Saya merasa perasaan saya sangat tidak enak..”
Perasaan bersalah mulai menghimpit hatinya, keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba itu ada terbersit namun pergaulannya membuatnya sulit untuk melepaskan diri dari ikatan yang sudah bertahun-tahun mengikatnya itu.
“Saya diajak ke diskotik, pada hal saya sudah ingin berhenti. ‘Aku dah ngga mau triping lagi,’tapi saya dipaksa dengan alasan ada teman yang ulang tahun. Ketika masuk mobil, saya seperti hilang ingatan. Saya dikerjain oleh teman-teman saya. Sewaktu sampai di rumah, saya mau telanjang bulat. Saya pikir saya sedang tidur dan bermimpi. Dalam halusinasi saya waktu itu saya sedang mau di baptis, saya mau bersih, dan ada sebuah danau. Jadi hayalannya seperti itu. Saya sedang buka baju, lalu kakak saya masuk dan menyuruh saya memakai baju kembali.”
Agustinus yang tidak sadar karena dalam pengaruh narkoba tidak menggubris permintaan kakak laki-lakinya. Hal tersebut membuat sang kakak gusar, setelah sempat bertengkar, sang kakak mengurung Agustinus di kamarnya. Namun tak pernah di sangka baik oleh Agustinus maupun kakaknya, di kamar tersebut Agustinus mengalami sebuah pengalaman supranatural.
“Saya lihat cahaya terang, seperti di film-film itu. Bintang terang itu masuk dan saya terpental kepojok kamar. Saya terluka dan mengeluarkan darah. Saya pikir mimpi, ternyata apa yang saya alami itu nyata.”
Hari itu Agustinus merasakan jamahan Tuhan dan dia memutuskan untuk berhenti dari semua keterikatannya baik narkoba, seks bebas bahkan pergaulan buruknya dia tinggalkan.
“Semua yang buruk yang saya pernah lakukan, saya akan berhenti Tuhan. Dan secara total hari itu juga saya bisa langsung berhenti.”
Sebuah mukjizat besar dialami Agustinus, dia benar-benar dibebaskan dari keterikatannya kepada seks bebas, narkoba dan rokok. Selain itu, hidupnya benar-benar diubahkan. Agustinus hari ini melayani sebagai seorang pelatih footsal.
“Saya mengucap syukur buat Tuhan karena Dia sudah memberikan hidup yang sehat. Kalau bukan karena Tuhan Yesus, mungkin sekarang saya sudah gila. Dia melepaskan saya dari narkoba, dari seks bebas dan juga rokok. Dia memberikan hidup yang baru buat saya. Terima kasih Tuhan.” (Kisah ini ditayangkan 8 Juli 2009 dalam acara Solusi Life O’Channel).
Sumber Kesaksian:
DUA KAKA BERADIK HILANG PENGLIHATAN
Dhani (24 tahun) dan Dian (28 tahun) adalah dua kakak adik yang divonis dokter mengidap penyakit Retinitis pigmentosa, yaitu gangguan penglihatan yang mengakibatkan retina rusak karena terdapat pigmen. Mereka berdua hanya dapat melihat Cahaya dan bayangan besar.
Mereka mengalami ini sejak usia sekolah. Dhani pada saat masuk SMP dan Dian pada saat usia 17 tahun. Usia dimana mereka seharusnya dapat menikmati masa muda mereka yang sangat menyenangkan. Perasaan sedih mereka rasakan saat itu. mereka berharap bahwa mata mereka akan segera pulih dan dapat melihat lagi, tetapi Tuhan berkata lain. mereka benar-benar harus kehilangan pengliatan mereka. Dian sebagai anak pertama merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Kehilangan penglihatan berarti kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Dhani sebagai anak yang lebih muda mungkin tidak seperti Dian. Dhani lebih bingung ketika ia harus dimarahi oleh orangtuanya karena tidak dapat belajar dengan baik. Semua orang termasuk orangtua mereka tidak ada yang tahu. Orang lain hanya heran mengapa mereka kalau berjalan menabrak dan kalau ingin mengambil barang harus meraba-raba.
Saat ini mereka berdua merasa bersukacita. Tidak sama seperti dulu waktu belum pulih. Dian dulu selalu berdoa pada Tuhan, tetapi tidak untuk mengucap syukur tetapi untuk marah-marah dan mengeluh mengapa kondisinya seperti itu. denga keadaan yang ada sekarang, mereka tidak begitu saja mendapatkannya.
Mulai dari hal kecil yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman, akhirnya mereka mampu untuk melewati setiap proses dan sampai pada pengertian bahwa Yesus punya maksud yang indah dari semua ini.
Pada saat Dian mulai kecewa dan menutup dirinya karena kekurangannya, teman-temannya selalu ada untuk mendukung Dian. Teman-temannya tidak pernah merendahkan mereka, malah mereka selalu memperlakukan Dian dan Dhani seperti teman-temannya yang lain. Lalu pada suatu hari, saat Dia pergi ke gereja, ia merasa ditegur karena sang pengkotbah berkata bahwa kita adalah anak kecil dan Tuhan adalah bapaknya. Pada saat seorang meminta pada ayahnya, tidak mungkin tidak diberi. Tetapi sang ayah pasti akan bertanya apakah hal itu benar-benar perlu. Dari hal itu Dian sadar dan dapat tersenyum kembali.
Proses yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama, tetapi saat ini mereka telah mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup mereka. Saat ini mereka telah menjalani hidup layaknya seorang yang memiliki penglihatn. Dian menjadi seorang customer service yang bekerja di rumah sakit, dan Dhani adalah seorang mahasiswi yang sedang menyusun skripsi. Bahkan suatu hari Dhani ingin membuka suatu lembaga konseling sehingga ia dapat memberikan teman-temannya yang memiliki nasib yang sama dengannya pekerjaan yang layak. Mereka melakukan ini hanya untuk Tuhan. (Kisah ini ditayangkan 13 Juli 2009 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Doa Anak Sembuhkan Kanker
Henry Wahyudi, pada bulan Oktober 2002 mengalami suatu benjolan di lehernya yang sangat mengganggu.
“Saya pikir benjolan itu biasa dan saya tidak hirau lagi. Tapi tambah lama kok fisik saya agak sedikit menurun. Nah dari situlah saya mulai berobat ke dokter umum”.
Setelah berpindah-pindah dokter, akhirnya pada dokter ke-12, diambillah cairan dari leher Henry untuk didiagnosa. Ternyata hasil diagnosa adalah kanker ganas. Istri Henry, Hilda, merasa tidak berdaya. Dia menangis terus karena mengingat anak-anak yang jelas masih memerlukan papanya. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk berangkat ke Singapura. Di Singapura, Henry menjalani berbagai diagnosa dan terapi, tetapi hasilnya tetap sama. Henry mengidap penyakit kanker jenis Limpoma bahkan sampai stadium 4b.
Menurut dokter, Limpoma 4b yang menyerang kelenjar getah bening di daerah leher, dapat menyebar ke arah otak, ke arah paru-paru, dan kedalaman bagian perut yang lain, juga ke tulang belakang. Hal itu menimbulkan gangguan yang luar biasa, menimbulkan keadaan cacat penderitaan pada yang bersangkutan bahkan sampai akhir hidupnya.
“Kanker itu tidak hanya menyerang di leher saya, tapi sudah sampai ke ketiak saya, di paru-paru saya, bahkan di perut saya, dan terakhir di tulang belakang saya.
Anak Henry, Eirin, yang sangat terpukul karena penyakit ayahnya ini menuturkan suatu kesedihan mendalam melihat papanya yang tidak bisa jalan sehingga harus memakai kursi roda. “Aku sedih banget lihat keadaan papa, dan aku tahu papa berusaha tenang, dan tidak mau membuat aku sama mama kuatir. Tapi aku tahu papa dalam hatinya juga pasti sedih banget karena menderita sakit kanker dengan stadium 4b”.
Menjelang Natal, pada tanggal 23 Desember 2002 keadaan Henry makin memburuk. saat-saat yang biasa dinikmatinya bersama keluarga, tidak ia rasakan lagi karena harus berbaring di rumah sakit. Dalam keadaan seperti itu, Eirin memutuskan untuk melakukan sesuatu yang indah. Dia berdoa.
“Ketika tanggal 24 malam, waktu itu aku berdoa sama Tuhan. Aku bilang “Tuhan, biasanya aku selalu sibuk dengan acara-acara Natal, kalau biasanya aku bisa menyumbagkan sesuatu untuk acara Natal, tapi di Natal tahun ini aku minta hadiah yang benar-benar dari Tuhan. Aku mau Tuhan sembuhkan papa, meskipun kanker papa stadium 4b. Aku minta Tuhan. Aku tahu Tuhan pasti bisa menyembuhkan papa. Aku minta hadiah dan aku minta Tuhan sembuhkan papa dan aku ingin lihat mujizat Tuhan pada saat Natal. Aku tahu mujizat Tuhan masih ada.”
Saat Eirin beriman, sesuatu terjadi. Ketika dia berdoa, dia benar-benar merasa kalau tangan Tuhan sedang menjamah leher papanya yang besar itu, dan Henry juga merasakan hal yang sama.
Pagi harinya, mujizat itu benar-benar telah terjadi. “Benjolan di leher saya yang sebesar telor bebek tahu-tahu bisa mengecil. Mengecil seperti telor burung, sehingga plester yang ada jadi mengkerut”.
Dokter yang datangpun menyatakan bahwa kanker itu sudah kempes! Kegembiraan spontan menguasai Eirin serta ibunya. Mereka meloncat-loncat dan mengucap syukur pada Tuhan karena kebaikannya.
“Leher papa kan benar-benar bengkak sampai tulang di bawah leher tidak terlihat sama sekali. Ketika lihat leher papa tidak bengkak lagi dan aku sudah melihat tulang disini, aku yakin banget kankernya sudah tidak ada. Dan ternyata memang Tuhan sudah menyembuhkan secara mujizat. Ternyata doa aku yang kemaren malem itu Tuhan dengar, meskipun kata-kataku tidak bagus, dan doanya juga tidak bagus tapi aku tahu Tuhan dengar doa aku. Dan aku benar-benar kaget, senang, karena jawaban doa Tuhan itu benar-benar cepat”.
Dokter yang datang kemudian menyatakan bahwa ini adalah suatu mujizat yang sangat luar biasa. Hasil scan lagi dirumah sakit juga menyatakan bahwa ia sembuh total. Dokter berkata bahwa jika seseorang bisa pulih lalu bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan normal seolah-olah tidak ada gangguan apa-apa, itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Itu adalah suatu mujizat. Dan didalam dunia medis, jarang ditemukan hal seperti itu.
Kini Henry segar dan sehat, seperti sedia kala. “Dengan kejadian ini, saya bisa merasakan bahwa tangan Tuhan itu luar biasa pada anak-anakNya yang berharap kepadaNya. Dan Dia adalah Allah yang perduli dan Allah yang mengerti”.
Mujizat masih terjadi dan Tuhan kita adalah Allah yang menjawab doa dan permohonan kita. Henry-lah salah satu saksi hidup betapa luar biasanya Allah kita!
Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: “Apa yang kamu kehendaki supaya AKU perbuat bagimu?” (Matius 20:32b)