CERPEN HORORRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRrrrrr.....
CERPEN : Absen Nomor 13
Derap lagkah seorang gadis memecah keheningan malam itu. Seakan tak mempedulikan hujan yang dari tadi mengguyurnya, gadis itu terus berlari seakan dikejar-kejar oleh setan. Tetapi yang namanya manusia pasti mempunyai batas, begitu pula dengan gadis itu yang sepertinya mulai kehabisan napas. Ia berhenti sejenak di bawah pohon untuk mengatur napasnya yang memburu. Sayangnya tidak lama kemudian, muncul segerombol orang yang ternyata mengejarnya dari tadi. Ketika sampai, orang-orang tersebut justru memukuli si gadis. Bukan hanya dipukuli, tetapi juga ditampar, ditendang, bahkan dilecehkan. Akhirnya gadis itu tidak sanggup lagi, ia memejamkan matanya pasrah dan meregang nyawa.
Beberapa tahun kemudian.........
Jam pertama di kelas IX-I SMP N 1 Bimasakti di awali oleh perkenalan seorang siswi baru. Pak Beno, guru mata pelajaran pertama mempersilahkan siswi barunya itu untuk memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi semua!!” Sapa siswi baru itu.
“Pagi!!!” Balas semua anak yang ada di kelas IX-I.
“Perkenalkan, nama saya Lena, saya pindahan dari SMP N 2 Tunas Emas, semoga kita dapat berteman baik,” Katanya sambil tersenyum ramah.
“Baiklah, Lena, kau boleh duduk di bangkumu sekarang,” Kata Pak Beno, mempersilahkannya untuk duduk. Lena pun duduk di salah satu bangku yang belum terisi. Lalu Pak Beno mulai mengabsen mereka. Ketika Pak Beno mulai membuka absent, anak-anak di kelas mulai gelisah, seperti ada sesuatu yang membuat mereka cemas.
“Alfin!” Pak Beno mulai memanggil nama muridnya satu persatu.
“Hadir!”
“Anas!!”
“Hadir, Pak!” Pak Beno terus memanggil, sampai akhirnya di urutan yang ke-13, entah kenapa seisi kelas langsung menegang. Mereka semua menunggu nama anak yang akan dipanggil oleh Pak Beno selanjutnya.
“Lena!!!”
“Hadir, Pak!!” Balas Lena. Tetapi tiba-tiba, seisi kelas langsung menatap gadis itu dengan tatapan ngeri. Lena mengernyitkan dahinya bingung. Linda dan Samuel yang duduk di dekatnya langsung menggeser bangku dan meja mereka jauh-jauh dari Lena. Lena menatap teman-temannya dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa sih dengan mereka?? Batinnya.
Saat jam istirahat, Lena yang sedang berjalan-jalan di koridor kelas, tiba-tiba menginjak sebuah kulit pisang lalu terpeleset dan terjatuh. Bukannya menolong, teman-teman Lena malah mengerumuninya dan menatapnya dengan pandangan ngeri. Lena buru-buru bangkit dan langsung pergi dari tempat itu.
Jam ketiga adalah jam olahraga, dan materi olahraga mereka kali ini voli. Entah sudah berapa kali tadi wajah Lena terkena lemparan bola. Bahkan saat bertanding, salah seorang teman Lena men-smash bola dan tepat menganai wajah Lena. Hidung Lena mengeluarkan darah dan dia pingsan.
Lena tersadar di ruang UKS. Ia melihat seorang perawat yang kebetulan berada di ruangan itu. “Mbak...,” Panggilnya pelan. Perawat itu mendengar suara Lena dan langsung menoleh ke tempat sumber suara.
“Eh... Adek sudah sadar!” Ucap perawat itu girang. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membawakan Lena nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. “Makan dulu ya,” Kata perawat itu sambil meletakkan nampannya di meja sebelah tempat tidur Lena.
“Ah, iya, terima kasih...,” Balas Lena, sambil berusaha tersenyum.
“Adek tadi pingsan, untung beberapa teman adek langsung cepat melaporkannya,” Cerita perawat itu. Lena teringat kejadian saat bermain voli tadi. Iya, dia memang pingsan, tetapi bukan karena terkena smash, melainkan karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang bahkan mungkin teman-temannya tidak tahu. Saat jam pertama tadi, ketika pelajaran sudah dimulai, ia selalu merasa ada orang yang mengamatinya dibelakang, tetapi ketika ia berbalik, tidak ada siapa-siapa, jelas saja tidak ada, diakan duduk di deretan terakhir. Lalu saat makan siang di kantin, ia memesan semangkuk bakso, tetapi ketika ia mau makan, bakso itu berubah menjadi 4 bola mata, bahkan mienya berubah menjadi cacing kalung yang besar-besar. Lalu saat di ruang ganti, ketika ia membuka lokernya, ia menemukan mayat didalam lokernya itu, ia berteriak histeris, tetapi karena tidak ada orang, jadi tidak ada yang mendengar teriakannya. Saat sedang lari pemanasan, ia tersandung sesuatu dan ketika dilihatnya ternyata ada sebuah tangan yang tadi memegang pergelangan kakinya. Dan masih banyak lagi keanehan-keanehan lainnya. Mungkin itulah yang membuatnya sedikit stress, karena terlalu banyak berpikir akhirnya ia kecapekan sendiri dan jatuh pingsan karena ditambah smash bola voli yang cukup kuat.
“Adek,” Panggil perawat itu lagi, membuyarkan lamunan Lena.
“Eh, ya.. ad, ada apa mbak?” Lena gelagapan.
“Enggak baik lho ngelamun siang-siang, nanti kesambet!” Perawat itu menakuti-nakuti Lena. Lena hanya merespon dengan tawa kecil. Tetapi tidak lama tawanya itu menghilang, wajahnya menjadi murung dan terlihat cemas.
“Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan,” Kata Lena. “Kenapa rasanya saya hari ini sial terus ya? Bahkan terkadang, sayang melihat hal yang aneh-aneh.” Wajah perawat itu seketika memucat, tubuhnya sedikit gemetaran.
“Hal yang aneh-aneh? Seperti apa contohnya?” Tanya perawat itu, ia mulai ketakutan.
“Waktu istirahat, saya memesan bakso di kantin, tetapi ketika saya mau makan, bakso itu berubah menjadi 4 buah bola mata, waktu saya hendak mengganti baju di ruang ganti, saya melihat mayat di loker saya, dan terakhir ketika pemanasan, pergelangan kaki saya dipegang oleh tangan aneh sampai saya terjatuh,” Kata Lena. Perawat itu terlihat gelisah, rasanya ia ingin keluar dari ruang UKS cepat-cepat, tetapi niat itu di urungkannya karena ia tak tega melihat kondisi Lena yang menyedihkan. Apa sebaiknya kuceritakan? Batin perawat itu. Namun akhirnya ia putuskan untuk menceritakannya, tragedi yang terjadi di SMP N 1 Bimasakti 13 tahun yang lalu.
“Adek ingin tahu kenapa hari ini adek selalu sial?” kata perawat itu. Lena menjawab dengan anggukan cepat. “13 tahun yang lalu, terjadi tragedi yang cukup mengenaskan di SMP N 1 Bimasakti ini, saat itu ada seorang gadis yang sangat tidak beruntung, ia selalu menjadi bahan tertawaan dan ejekan dari teman-temannya, lalu saat ulang tahunnya yang ke-13, teman-temannya mengerjainya habis-habisan sehari penuh, entah itu dilempari mercon, tepung, telur busuk, dikunci dalam kamar mandi, ditukar makan siangnya, atau pun di tuduh melakukan suatu kejahatan, namun rupanya teman-teman gadis itu sudah kelewatan, mereka memfitnah gadis itu mencuri uang kakak kelas mereka, karena marah, kakak kelasnya itu pun menghajarnya habis-habisan, tetapi gadis itu berhasil melarikan diri, sayangnya tidak berapa lama kemudian, ia tertangkap lagi dan akhirnya ia meregang nyawa karena disiksa lebih parah. Tidak tahu harus berbuat apa, kakak kelas beserta teman-temannya memutuskan untuk mengubur jenazah gadis itu, dan sampai sekarang, jasadnya belum ditemukan.” Perawat itu mengambil jeda sebentar lalu melanjutkan kembali. “Sebelum mati, gadis itu bersumpah untuk membunuh setiap orang yang mendapat absen nomor 13, kenapa begitu? Itu karena penyebab teman-temannya selalu mengejek dan mengerjainya adalah karena mereka percaya bahwa angka 13 membawa sial, jadi mereka ingin membuktikan hal tersebut dengan cara mengucilkan, mengejek, dan menyiksa orang yang mendapat absen nomor 13 di kelas mereka, dan si gadis itu kebetulan mendapat nomor absen yang ke-13.”
JDAARRR!!! Tiba-tiba kilat menyambar dan mengagetkan Lena juga perawat itu. Langit yang tadinya cerah telah berubah menjadi mendung, dan tidak lama kemudian hujan pun turun. Lampu di ruang UKS tiba-tiba mati. Lena dan perawat itu ketakutan. Samar-samar mereka mendengar suara rintihan seseorang. “Tolong... tolong....” Suara itu makin terdengar jelas, dan tiba-tiba dari bawah ranjang Lena muncul sesosok mahluk, perawat yang tadi duduk di sebelah Lena langsung menjauh dan menjerit ketakutan. Mahluk itu berlumurah darah dan wajahnya tidak terlalu jelas karena lusak, kulit-kulitnya dipenuhi koreng dan luka-luka yang sudah membusuk. Bau tak sedap pun tercium dari mahluk itu.
“Tolong....,” Mahluk itu berbalik ke tempat Lena berbaring. Lena refelks bangkit, ia berdiri di atas ranjangnya melempari mahluk itu dengan benda-benda yang ada disekitarnya.
“Hentikan! Hentikan! Jangan bunuh aku!! Aku belum ingin mati!!!” Lena histeris, ia loncat dari sisi lain ranjang dan berlari ke tempat si perawat. Mahluk itu tidak mengejar, ia memandang Lena dari tempatnya berdiri, perlahan-lahan setetes darah jatuh di atas lantai, mahluk itu menangis darah. “Tolonglah aku.... kuburkanlah jasadku dengan layak....,” Setelah berkata seperti itu, mahluk itu raib. Lampu yang tadi mati hidup kembali, tetapi Lena dan perawat itu masih gemetar ketakutan. Wangi anyer dan amis darah masih membekas di ruangan itu, bahkan tetesan darah mahluk tadi masih ada di lantai. Perawat itu akhirnya memberanikan diri untuk bergerak kembali, ia mengambil pel untuk membersihkan lantai UKS yang kotor. Lena pun ikut memberanikan dirinya juga, ia berniat untuk membantu si perawat, tetapi ketika hendak mengelap lantai yang berbecak darah tadi, ia melihat rangkain tulisan yang berasal dari bercak darah itu, “U... K...S..,” Lena mengejanya. Tiba-tiba terpampang jawaban di kepalanya.
“Mbak! Saya tahu dimana jasad gadis itu!” Serunya gembira. Perawat itu bengong untuk sesaat, tetapi kemudian ia terlihat gembira juga.
“Benarkah? Dimana??” Tanyanya.
“DI UKS!!!” Jawab Lena. “13 tahun yang lalu disekolah ini belum ada UKS kan??” Perawat itu diam sebentar untuk berpikir, lalu beberapa saat kemudian ia menggeleng. “Belum ada!! Mungkin memang dikubur di bawah ruang UKS!” Lalu keduanya saling bersorak gembira.
Keesokan harinya, Lena dan perawat di UKS itu meminta tolong kepada kepala sekolah untuk mengirim tim penyelidik. Dan siangnya tim penyelidik yang mereka panggil itu menggali di sekitar mahluk itu muncul. Akhirnya setelah lama menggali, mereka menemukan tulang-belulang yang cukup besar yang diduga itu adalah tulang badan gadis yang tewas 13 tahun lalu itu. Bahkan mereka menemukan tengkorak kepalanya dan beberapa benda seperti jam tangan dan kalung milik gadis itu. Setelah semuanya dikebumikan dengan layak, Lena melihat samar-samar bayangan yang melambaikan tangan padanya dan mengucapkan “terima kasih”. Lena tersenyum bahagia dan membalas melambaikan tangan juga. Dan bayangan itu menghilang..... untuk selamanya............
TAMAT
CERPEN : Hantu Ruang UKS
Malam Kamis di kota Western Valley sangatlah mencekam. Apalagi di sekitar ruang UKS SMP Western Valley yang katanya di sana ada setan yang suka berkeliaran setiap malamnya. Banyak sebagian anak yang bersekolah di sana percaya dengan cerita tersebut, tetapi ada juga yang tidak percaya.
Dan pada malam itu juga, Aria terpaksa pulang malam karena ia barusan menyelesaikan hukuman dari Mr. Hibeard. Ia dihukum karena tidak menyimak pelajaran, tetapi ia justru asyik ngobrol bareng dengan sahabatnya, Cerli. “Huh, gara-gara Mr. Hibeard, jadinya hari ini aku pulang kemaleman deh!” Gerutunya seraya melirik jam tangannya. “Sial!! Udah jam 21.30 lagi!!” tanpa disadarinya, sesosok tubuh wanita melayang ke arahnya. Seluruh kulit wanita itu berlumuran darah dan berwarna hitam kebiru-biruan. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang panjang dan kumel. Tangan kanan wanita itu menepuk salah satu pundak Aria. DEG! Si, siapa yang menepuk pundakku? Pikir Aria, takut bercampur bingung. Perlahan ia menoleh ke belakang dan............ “AAAA!!!!! ADA HANTU!!!!” Setelah puas menjerit Aria langsung berlari meninggalkan tempat tersebut, namun ternyata wanita itu melayang dan mengejar Aria tepat di atasnya. Aria mendongak sambil berlari, pikirannya meracau karena takut bercampur bingung. Sampai-sampai ia tidak sadar kalau di depannya ada tembok dan.... DUAK!! Wajahnya membentur tembok itu dengan keras. Aksihani mimisan, sempoyang lalu ambruk tidak sadarkan diri. Keesokan paginya, Aria masih membayangkan kejadian yang menimpanya semalam. Cerli dan Kiersha yang dari tadi duduk di hadapannya hanya memandang wajah depresi sahabatnya itu. Hiburan dari Cerli dan Kiersha tidak banyak membantu. Aria malah tambah depresi setelah Kiersha tanpa sengaja berkata, “Eh, hati-hati lho! Aku denger, hantu UKS itu suka ngebunuh korbannya!!” Cerli langsung nyumpel mulut Kiersha make’ sikat toilet karena kata-katanya itu. Tiba-tiba seorang gadis berkepang dua dan berkacamata bulat besar datang menghampiri mereka. “Eh, kalian kenapa sih, dari tadi kok bengong melulu! Biasanya paling ribut di kelas!” Kata gadis berkepang dua itu. “Rumi, kita tuh lagi ada problem! Big problem!” Balas Cerli sambil menatap gadis berkepang dua yang bernama Rumi itu. “Mm.... gitu...,” Rumi manggut-manggut mengerti. Tiba-tiba Aria yang dari tadi diam mendadak bangkit dari bangkunya dan menatap Rumi dengan tatapan penuh harap. “Rumi, kamu bisa nolongin aku gak?” Tanyanya, serius. “Minta tolong apa?” Tanya Rumi balik. “Sebenernya... kemaren.....,” Begitulah, Aria menceritakan semua kejadian yang menimpanya semalam. Rumi mendengarkan dengan seksama, sepertinya ia tertarik sekali dengan topik pembicaraan. “Jadi, kamu mau gak nolongin aku berantas tuh setan!” Pinta Aria setelah selesai bercerita. Tanpa banyak berpikir Rumi langsung menjawab dengan anggukan setuju “Sipp!! Serahkan padaku! Akan kutolong!!” Jawabnya semangat sambil mengacungka ibu jarinya. Aria, Cerli, dan Kiersha tersenyum lega. Sayangnya, tanpa sepengetahuan mereka, sesosok mata tengah mengamati keempat anak itu dengan senyum seringai yang sangat menyeramkan. Malamnya, Aria, Cerli, Kiersha, dan Rumi berkumpul di depan gerbang sekolah. Semuanya pun sudah membawa perlengkapan penangkal setan masing-masing. Aria membawa kalung yang terbuat dari bawang putih, buku penangkal setan, bahkan benda-benda yang terbuat dari perak, Cerli dan Kiersha pun membawa barang-barang yang sama dengan Aria. Sedangkan Rumi, ia membawa buku-buku tentang hal-hal mistis dan cara penangkalannya, juga tidak ketinggalan dengan senter, korek api, kawat, tali tambang, dan masih banyak lagi. Setelah itu, mereka berempat menyelinap masuk ke dalam melewati pagar sekolah yang sudah renggang. Rumi menyarankan agar mereka dibagi menjadi 2 kelompok, ia dengan Aria, lalu Cerli dengan Kiersha. Mulanya Cerli dan Kiersha menolak karena tidak ada satu pun dari mereka berdua yang mengerti soal menangkal setan, ditambah lagi baik Cerli mau pun Kiersha keduanya sama saja penakut, tidak ada yang berani bertindak. Tetapi, akhirnya setelah di bujuk dengan beberapa lembar uang oleh Aria, mereka berdua mau (dasar matre!). “Eh, Rumi, bener gak apa-apa nih kalo hantunya muncul?” tanya Aria pada Rumi saat mereka berempat sudah berpencar. “Hmm... tenang aja, kitakan sudah bawa peralatan-peralatan penangkal setan!” Jawab Rumi, membuat hati Aria menjadi agak lega. Sementara itu, Cerli dan Kiersha sedang menyelidiki sekitar ruang UKS. “Hii.... sekolah ini nyeremin banget kalo udah malem!” Cerli bergidik ngeri. “Alah.... cuman kayak ginian aja udah takut, gimana kita mau di juluki preman, hah?!” balas Kiersha sok berani, padahal asli, dia ketakutan setengah mampus! Matilah aku... pokoknya, malem ini gak boleh apes!! Batinnya. Tanpa keduanya sadari, sesosok mata tengah mengamati mereka dari langit-langit lorong. PLUK...! Tiba-tiba Cerli merasakan ada sebuah benda yang jatuh tepat di atas kepalanya. Mendadak wajahnya memucat dan kedua kakinya gemetaran hebat. Kiersha yang melihat tingkah Cerli berhenti berjalan dan segera menanyainya. “Woi, ngapa berhenti?” tanyanya heran. Cerli hanya menunjuk-nunjuk ke atas kepalanya sambil berkata dengan gemetaran. “Ad, ada suatu benda yang jatuh di atas kepalaku.....,” katanya. Kiersha berjalan mendekati Cerli lalu berjinjit untuk melihat benda yang ada di atas kepala temannya itu. Seketika wajah Kiersha menjadi ikut pucat, 5 detik kemudian........ “WUAAA!!! POTONGAN JARI MANUSIA!!!” jeritnya sambil mengambil langkah seribu, meninggalkan Cerli sendirian yang masih gemetar ketakutan. “Eh, eh, jangan tinggalin aku sendirian dong...,” rintih gadis berambut pendek sebahu itu, “ma, mana tadi dia bilang, potongan jari manusia lagi... apa jangan-jangan...,” Cerli berhenti bicara, tangan kanannya berusaha meraih benda yang ada di atas kepalanya itu. Sedetik kemudian, ia merasa memegang benda yang tidak asing baginya lagi, diraihnya benda itu dan dilihatnya. Dan tidak lama kemudian...... “UWAAA!!! JARI MANUSIA!!! TOLONG!!!!” jeritnya histeris. Ia membuang jari itu lalu segera mengambil langkah seribu juga. Sementara itu, Aria dan Rumi sedang menyelidiki TKP (Tempat Kejadian Penampakan), tepatnya tempat di mana Aria melihat penampakan hantu tersebut. “Hmm.... kamu yakin kemaren malam hantu itu benar-benar terbang mengejarmu, Aria?” tanya Rumi kurang yakin. Aria mengangguk mantap sambil berkata, “Yakin! Hantunya itu ngejer aku! Mana terbang lagi!” “Aneh....,” gumam Rumi. “Aneh apanya?” Aria mengerutkan dahinya, tidak mengerti. “Ya aneh! Kalo misalnya ini perbuatan orang iseng, gimana caranya terbang? Apa menggunakan balon gas?” Rumi meracau tidak jelas sendirian. Tiba-tiba Aria melihat sekelebat bayangan lewat tepat di belakang Rumi. “RUMI, BELAKANGMU!!!” teriak Aria, membuat gadis berkaca mata itu terkejut. Rumi cepat-cepat berbalik, tetapi ternyata ia tidak melihat apa-apa. “Enggak ada apa-apa tuh!” katanya sambil berbalik ke arah Aria lagi. “Tapi... tapi...,” Aria berusaha menjelaskan, tetapi keburu di potong oleh Rumi, “Udah deh, kamu jangan khayal yang macem-macem!” Aria menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya yang memang semakin tidak waras. “RUMI, ARIA!!!” seru Kiersha dari kejauhan memanggil mereka berdua. Aria dan Rumi hanya memandang kedatangan Kiersha dengan heran. “Ada apa?” tanya Aria ketika gadis berambut metal itu sampai di tempat mereka. “Hh... hh... tadi...hh.. ada...hh... SETAN....!!!” jawab Kiersha dengan napas memburu. Aria dan Kiersha saling pandang heran. “Dijalan tadi pas kita lagi ngeliat-liat, ada potongan jari manusia jatuh di atas kepala Cerli, aku langsung lari aja, entah gimana nasib Cerli!” Jelas Kiersha setelah berhasil mengatur napasnya kembali. “Gila lu, masa Cerli ditinggal sendirian?!” Aria panik. “Sudahlah, sekarang kita harus menemukan Cerli dulu!” Sela Rumi, cepat. Kemudian ketiganya segera kembali ke tempat Kiersha dan Cerli tadi. Dilain tempat, Cerli berlari sendirian bagaikan anak ayam kesasar yang sedang mencari induknya. Karena gelap, Cerli tidak melihat bagian lantai yang retak dan tersandung. BRUK! “Aduh!” Rintihnya. Kaca matanya pun jatuh entah kemana. Cerli meraba-raba sekitarnya. “Kacamata, dimanakah engkau berada?” Tiba-tiba sesosok mahluk bergaun putih berlumuran darah mendarat di depannya. Cerli sangat senang karena sudah mendapatkan kaca matanya kembali, sesaat setelah ia mengenakan kacamatanya, ia tertegun melihat sosok yang berdiri tepat didepannya. Ia mengadah keatas untuk melihat pemilik wajah sosok tersebut. Yang ia lihat ada wajah penuh darah dan rusak. Kontan saja ia berteriak. “AAAAAAAAAA!!! HANTU!!!!!! ADA HANTU!!!!!!!” Jeritan Cerli yang super nyaring nyaris membuat kaca-kaca yang ada di sekitarnya pecah (lebay). Kiersha, Aria, dan Rumi yang mendengar jeritan Cerli tanpa buang-buang waktu langsung berlari ke arah sumber suara. Ketika mereka sampai ditempat, yang mereka lihat hanyalah Cerli yang sedang teriak-teriak sendiri persis kayak orang gila. Segera ketiganya menghampiri Cerli. “Cerli, kamu tidak apa-apa?” tanya Aria khawatir. “Enggak! Aku emang enggak apa-apa! Tapi aku STRESS!!!” jawabnya emosi sambil menjambak-jambak rambutnya sendiri. “Terus kenapa kamu teriak-teriak kayak gitu?” tanya Rumi penasaran. “Tadi aku ngeliat hantu!! Serem banget!!!” Cerli menjawab sambil menyapu beberapa butir air mata yang sudah jatuh di pipinya. “Hantu katamu?! Kayak mana sosoknya?!” tanya Rumi lagi dengan antusias. “Aku gak mau cerita!! Terlalu nyeremin!!!” tolak Cerli. “Baiklah kalau begitu,” kata Rumi, mengalah. “Sekarang kita ke UKS!” “Gi, gimana kalo ketemu setan lagi?” tanya Aria, kedua kakinya gemetaran. “Ya tinggal lari, gitu aja koq repot!” balas Rumi agak sedikit cuek. Akhirnya mau tidak mau, Aria, Kiersha, dan Cerli mengikuti Rumi ke UKS. Ditengah jalan, lagi-lagi ada sesosok mata yang mengamati mereka dari atas dinding. Saat sampai di UKS, mereka berempat melihat sesosok setan tanpa kepala melayang di depan pintu ruangan tersebut. Tanpa dikomando, mereka berempat lari kocar-kacir dan berpencar meninggalkan setan tanpa kepala itu. Rumi tanpa sadar berlari menuju kafetaria dan langsung membuka pintu kafetaria dengan kawat yang ia bawa dan segera bersembunyi didalam sana. “Hah... hah... hah... mengerikan sekali,” gumamnya pelan sambil berusaha mengatur kembali napasnya. Sementara itu, Cerli dan Aria berlari ke arah toilet dan bersembunyi didalam sana. Seketika mereka berdua mencium bau busuk dari arah kloset. “Wuih!! Bau banget sih, ini kloset!!!” Kata Aria sambil menutup hidungnya. Sedangkan Kiersha, dialah kali ini yang kedapetan bagian dikejar setan. “TIDAK!!! KENAPA MESTI AKU YANG DIKEJAR?!!!!” teriaknya sambil terus berlari. Rumi keluar dari persembunyiannya setelah yakin keadaan disekitarnya aman. Kemudian ia segera beranjak dari tempat tersebut, namun tidak lama, ia melihat Kiersha berlari-lari disepanjang lorong sekolah dengan setan tanpa kepala mengejarnya. “I’ve good idea!!” seru Rumi penuh kemenangan. Kemudia dirogohnya ransel miliknya yang berisi alat-alat dan buku penangkal setan. Lalu dikeluarkannya seutas tali tambang dengan pengait seperti kail di ujungnya. Setelah itu ia buru-buru mengejar setan tanpa kepala itu, dan ketika jarak mereka semakin dekat, Rumi tiba-tiba melemparkan ujung tali tambang yang ada pengaitnya itu ke arah si setan. BREKK!!! Pengait di ujung tambang itu berhasil mengenai dan mengait gaun berlapis yang dikenakan oleh setan tanpa kepala. Dengan sekuat tenaga, Rumi berusaha menarik mundur sang setan, namun rupanya setan itu lebih kuat, Rumi bahkan tidak bisa menariknya mundur sesenti pun. Kiersha yang melihat Rumi kesusahan demi menolongnya, memutuskan untuk membantunya. Ia berbalik dan berlari ketempat Rumi, lalu ia ikut membantu menarik setan tersebut. Karena mendapat bantuan, setan tanpa kepala itu juga tidak bisa menahan lebih lama lagi, sedikit demi sedikit ia mulai tertarik mundur ke belakang. Aria dan Cerli keluar dari toilet karena tidak tahan dengan bau tempat tersebut. Namun rupanya disaat bersamaan mereka keluar, hantu yang kemarin mengejar Aria yang juga rupanya menakuti Cerli tadi sudah menyambut mereka. Kontan saja keduanya berteriak histeris lalu berlari meninggalkan hantu tersebut. Sayangnya hantu tersebut mengejar mereka bahkan nyaris menyusul mereka. Cerli dan Aria mempercepat lari masing-masing, dan disaat itu juga mereka mendengar keributan dari arah aula besar. Keduanya bersamaan berbelok ke tempat tersebut dan si hantu masih tetap setia membuntuti keduanya. Sesampai disana mereka melihat Kiersha dan Rumi mati-matian menyeret hantu tanpa kepala ke tengah aula, dan seketika muncul ide di benak Aria, buru-buru ia membisiki rencanaya pada Cerli, walau ragu, tapi Cerli tetap setuju untuk melakukannya. Ketika hantu yang mengejar Cerli dan Aria semakin dekat, keduanya segera loncat dari lantai dua dan kemudian......... GUBRAKKK!!!! Pastinya kedua cewek itu jatoh. Namun si hantu yang mengejar mereka berdua tidak dapat mengatur kecepatan dan arah terbangnya dengan benar karena terkejut dengan aksi Cerli dan Aria barusan, akhirnya hantu itu ikut terjatuh dan menimpa si setan tanpa kepala. BRUKK!! Keduanya terjatuh dan dan tergeletak di tengah aula. Rumi langsung buru-buru mengikat keduanya dengan tambangnya. Sedangkan Kiersha membantu Aria dan Cerli berdiri. “Ternyata dugaanku benar, hantu yang semalem ngejer-ngejer Aria itu palsu! Begitu juga dengan mereka!” kata Rumi setelah mengikat kedua hantu tersebut. “Kalo begitu, siapa sebenarnya kedua hantu bloon ini?” sahut Cerli sambil berjalan teratih-atih ke tempat Rumi bersama dengan Kiersha yang memapahnya dan Aria. “Heh, siapa lo berdua sebenernya! Ngaku!” Kiersha bertanya kepada kedua setan jadi-jadian itu dengan logat premannya. Rumi menyibak poni hantu yang mengejar Aria dan Cerli. Wajahnya ternyata dimake-up habis-habisan, jadi mirip kayak setan beneran. Aria yang kondisinya lebih baik dari Cerli mencipratkan air botol minumnya ke wajah hantu tersebut agar make-upnya luntur, dan ternyata, hantu yang dari kemarin mengejarnya adalah Deashya, teman sekelasnya! “Aneh, kok make-upnya gak hilang-hilang ya?” ujar Rumi bingung sambil mengoyak-koyak wajah Deashya yang sebenarnya make-upnya udah luntur, Cuma wajahnya yang memang mirip kayak setan beneran sih. “WOI! STOP! STOP!” seru Deashya marah karena mukanya yang ancur diobok-obok jadi tambah ancur sama Rumi. “Oh... udah luntur toh...,” Rumi baru sadar. “Terus, setan yang satunya siapa?” kali ini Cerli yang bertanya sambil menatap setan tanpa kepala yang ada didepannya. TUING, tiba-tiba Nerd, teman sekelas mereka juga, memunculkan kepalanya dari balik leher gaun tanpa kepala tersebut. “Oh... si cebol ini toh....,” Cerli manggut-manggut mengerti. “Siapa yang kau sebut cebol hah?!” Nerd langsung naik pitam. “Ya kamu dong, emank siapa lagi????” balas Cerli sambil melirik bagian kaki setan tanpa kepala yang ternyata disagak dengan kaki buatan agar membuat setan tanpa kepala itu terlihat tinggi. Nerd cuma diam menahan malu dan kependekannya. “Kenapa kalian menakuti Aria?” tanya Rumi to the point pada Deashya dan Nerd. Kedua anak itu memandang Aria dengan pandangan sebal. Lalu keduanya menjawab bersamaan. “KARENA DIA TELAH MENCURI UANG IURAN KELAS!” Aria kaget, seingatnya ia tidak pernah mencuri uang sepeser pun, apalagi uang iuran kelas, mana berani ia melakukan hal macam itu! Kiersha, Cerli, dan Rumi menatap Aria tidak percaya, namun cepat-cepat Rumi meminta penjelasan kepada Nerd dan Deashya. “Kok bisa? Memang apa buktinya dia yang mencuri uang itu hah?” “Menurut Allen, orang terakhir yang memegang uang tersebut adalah Aria, saat itu ia melihat Aria sedang membuka loker Dennies tanpa sepengetahuan yang lain, termasuk Dennies, dan setelah itu Dennies melapor bahwa uang iuran kelas yang ia simpan telah hilang! Berarti positif pelakunya adalah kamu!!!” jelas Deashya panjang lebar sambil menatap Aria dengan tatapan penuh kebencian. “Kok kalian yang repot kalo misalnya Aria yang mencuri uang tersebut? Bukannya seharusnya guru yang turun tangan, bukan kalian?!” tanya Kiersha. “Sebenarnya masalah ini belom kami sampaikan pada guru mana pun, tapi pengurus kelas, dan beberapa teman-teman lainnya yang merencanakan semua ini untuk mengerjai Aria,” jawab Nerd. “Tapi kalian tidak bisa tetap asal tuduh begitu! Memang kalian sudah menemukan uang tersebut di Aria?? Belumkan?! Baiklah, besok pagi kita akan buktikan, apakah Aria yang benar mencuri uang itu atau tidak!” kata Rumi. “Baiklah jika itu maumu,” Deashya setuju. Keesokan paginya, semua anak kelas 1-2 berkumpul untuk mendengar kesaksian Allen. “Waktu itu aku mau ke toilet, eh, pas mau belok, aku ngeliat Aria menggeledah loker Dennies!” “Kau salah paham! Waktu itu sebenarnya aku tidak berniat menggeledah loker Dennies, tetapi aku disuruh Mrs. Tuffle untuk mengambil laporan iurannya!! Bukan uangnya!!!” Sela Aria. “Terus, kalo bukan kamu yang ngambil, kok uangnya hilang?” tanya Vennara pada Aria. Yang ditanya hanya bisa menggeleng. “Dennies, apa yang kau lakukan sebelum uang itu hilang di loker?” tanya Rumi serius. Dennies berpikir sebentar dan kemudian menjawab, “Aku menyuruh Allen untuk meletakkannya dilokerku.” DEG! Tiba-tiba Allen teringat akan sesuatu. “Eh... anu... anu.... aku permisi sebentar ya!” katanya sambil berlari meninggalkan kelas. Anak-anak yang lain merasa ada sesuatu yang aneh pada Allen, jadi diam-diam mereka mengikutinya. Ternyata Allen memeriksa lokernya, ia tersentak kaget dan berteriak cukup histeris, “YA AMPUN! AKU LUPA MASUKIN UANGNYA KE LOKER DENNIES!!!!” Tiba-tiba ia merasakan hawa membunuh dibelakangnya, dengan tubuh sedikit gemetar ia berbalik ke belakang dan mendapati teman-temannya sudah berdiri dibelakangnya dengan tatapan membunuh, termasuk Aria, Cerli, dan Kiersha. “Oh..... jadi begitu ya?” kata Aria sambil melangkah mendekatinya. Allen hanya bisa menelan ludah. “Hebat juga mental lo, pengen cepet mati nieh ceritanya??!!!” Wajah Kiersha berubah menjadi 100% preman. Allen tidak tahan lagi, ia cengengesan sebentar, lalu sedetik kemudian ia sudah lari meninggalkan teman-temannya. “HEY, KETUA ABNORMAL, MAU LARI KEMANA KAU, HAH??!!!” Aria langsung berlari mengejarnya, diikuti oleh anak-anak yang lainnya. Tidak jauh, Rumi hanya memandangi aksi kejar-kejaran tersebut sambil tertawa kecil. THE END...................