My STORYyyyyyyy....Bukan Kekasih, Hanya Selingan.............
Rasanya tepat jika aku berkata aku membenci pria. Dari sekian kali pengalaman dan kisah cintaku, tidak ada satupun yang berjalan normal dan menyenangkan layaknya hubungan yang dijalani sahabat-sahabat dekatku. “Tidak ada? Benarkah? Bagaimana dengan si A?” Dia gay. “Dengan si B?“ Aku hanya pemuas nafsunya saja. Dan inilah kisahku…
Pertemuanku kembali dengan Josh diawali dari pesta pernikahan sahabat lama kami semasa SMA. Ia yang kini begitu menarik perhatian, dengan segala emblem lelaki yang melekat pada tubuh dan auranya. Memonopoli pandanganku, membuat jantungku bergetar dahsyat. Tubuhnya beraroma musim semi. Segar. Dadanya bidang. Sixpack kalau bahasa kerennya. Lengannya membuatku ingin menggamitnya siang dan malam. Bibirnya? Ahh, membuat fantasiku berkelana liar. Aku tak berkata bahwa ia bagai Joseph yang membuat Zalikha menjadi seorang tukang fitnah. Tetapi ia layak jika kusebut sebagai Joseph buatku. Mata kami beradu. Dunia seakan berhenti beberapa saat. Detik itu pula aku jatuh cinta padanya.
Bisa ditebak kemudian apa yang kami lakukan. Anggur, makanan, dan seks. Ah, bukan! Hanya sekedar sapa hangat dan percakapan. Layaknya dua orang sahabat yang lama tak bertemu. Namun, suasana tempat ini sangat mendukung. Hangat, angin berdesir membawa air laut ke tepi pantai. Menabrakkannya pada dinding-dinding karang diujung sana, dan melarutkan pasir putih hingga ke halaman belakang tempat pesta pernikahan ini digelar. Dan kami pun duduk di kursi taman diluar. memandangi laut di malam hari, dan melantunkan kisah-kisah lama dari bibir kami.
Dan dari sanalah semuanya dimulai kembali. Aku jatuh cinta untuk yang kedua kali pada Josh. Mengulang romantisme dan kegilaan masa SMA. Dimana aku tak berani mengungkapkan perasaanku padanya. Ahh, mana ada gadis tinggi menjulang, kurus, rambut kusut masai, menggunakan kawat gigi dan kacamata lebar dengan frame tebal yang berani menyatakan cintanya pada seorang pujangga sekolah, bintang football, bintang kelas, dan punya kekasih yang seorang ketua cheerios. Tidak ada. Dan aku belum gila untuk melakukannya.
Tapi kini, wajah tampan itu duduk disampingku. Mengenakan setelan jas berwarna abu-abu tua, dengan kemeja bergaris pink putih, dasi berwarna putih, topi fedora hitam dari suede, dan sepatu pantoffel hitam yang mengkilap. Aroma parfumnya membuatku mabuk. Dan kata-katanya membuatku terenyak.
“Poppy, apa kamu sekarang punya kekasih?“
Aku terkesiap. Dan sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak. Dan aku hanya menjawab, “I’m single and available…” Seraya pipi bersemu merah dan rasa panas menguar dari sekujur tubuhku naik ke wajah. Untung saja gelap. Jadi Josh tidak bisa melihat perubahan warna wajahku yang malu ini. “Well, that means I have opportunity to enter ur life, then,” katanya. Aku kaget, sejurus kemudian memandang wajahnya, dan ia tersenyum dengan mata penuh keyakinan.
I’m in love, and nobody can stop me.
Dan hari-hari setelah hubunganku dan Josh dimulai pun berjalan dengan sangat normal dan menyenangkan. Sangat-sangat menyenangkan, malah. Walaupun kami tinggal di kota yang bersebelahan, tapi itu tidak menghalangi kami untuk bertemu dan menghabiskan akhir hari itu bersama. Tidak setiap hari, tapi seminggu satu-dua kali benar-benar menjadi pertemuan yang cukup efektif karena masih memberiku ruang untuk bergerak sendiri.
Aku bekerja di sebuah perusahaan penyedia jasa selular. Dan Josh bekerja di sebuah perusahaan periklanan terbesar di kota sebelah. Pekerjaan kami sama-sama membuat kami sering berada diluar kota untuk tugas dinas. Hanya saja, setelah dua bulan jalan bersama, kami belum pernah ditugaskan untuk dinas ke satu kota yang sama. Hingga ketika saat itu tiba. Aku ditugaskan ke kota A yang terletak di pulau terindah di negara ini untuk mengikuti seminar selama seminggu. Dan fasilitas yang diberikan perusahaanku selama aku berada disana cukup mewah. Sebuah resort mini yang menghadap ke pantai. Bersebelahan dengan auditorium tempat seminar dilaksanakan. Berpisah sementara dari Josh. Dan baru dua hari disana, aku merindukan kehadirannya. Merindukan wangi musim semi dari tubuhnya. Merindukan lengan kekarnya tempat aku sering bergelayut manja.
Ting-tung! Bel resortku berbunyi. Kubuka pintu dengan langkah malas. Tapi… “Surprise!” Dan sebuah ciuman mendarat ke dahiku. Ahhh, Josh!! Serta-merta kupeluk erat tubuh gagah itu. Kubiarkan melebur bersama tangisku yang pecah di dadanya. Ya skuchayu tyebya, ia berbisik. Dan aku tahu artinya, aku rindu padamu. Sisa hariku disana masih lebih dari setengah. Namun Josh ada dalam pelukanku. Aku tidak takut apapun lagi. Ak yakin aku bisa bertahan selama apapun jika ada Josh disampingku.
Dan yaaa, begitulah. Selama seminggu kami berada disana. Tentu saja, aku mengambil cuti dua hari untuk memperpanjang keberadaanku. Untungnya bosku tidak cerewet dan sangat pengertian.
Kami berbagi semua hal disana. Makanan, minuman, remote TV, canda tawa, senyuman, ciuman, hingga………SEX.
Aku rasa itu wajar. Dan aku siap akan resikonya. Aku yakin dengan ucapan Josh sedari awal bahwa ia mencintaiku. Dan akupun mencintainya. Aku tidak meragukan apapun darinya. Namun, ini adalah pengalaman pertamaku. Juga kesalahan terbesarku.
Dua hari kemudian kami kembali kerumah masing-masing. Hatiku bahagia. Dan senyum tak pernah absen dari wajahku. Bisa kau bayangkan, tentunya?
Namun tiga hari setelah itu hariku berubah jadi neraka. Aku mengetahui bahwa Josh sudah menikah, dan memiliki seorang putra berusia satu setengah tahun dari istrinya. Bella. Ya, Bella yang dipacarinya sejak SMA. Bella sang ketua cheerios.
Dan kini, aku masih ingin membunuhnya. Membunuh rasa yang aku miliki terhadap Josh. Sejuta tanya “Mengapa?” masih ada dalam kepalaku. Tidak terjawab. Tidak ada kata terucap.
Lalu aku harus bagaimana?....................
Rasanya tepat jika aku berkata aku membenci pria. Dari sekian kali pengalaman dan kisah cintaku, tidak ada satupun yang berjalan normal dan menyenangkan layaknya hubungan yang dijalani sahabat-sahabat dekatku. “Tidak ada? Benarkah? Bagaimana dengan si A?” Dia gay. “Dengan si B?“ Aku hanya pemuas nafsunya saja. Dan inilah kisahku…
Pertemuanku kembali dengan Josh diawali dari pesta pernikahan sahabat lama kami semasa SMA. Ia yang kini begitu menarik perhatian, dengan segala emblem lelaki yang melekat pada tubuh dan auranya. Memonopoli pandanganku, membuat jantungku bergetar dahsyat. Tubuhnya beraroma musim semi. Segar. Dadanya bidang. Sixpack kalau bahasa kerennya. Lengannya membuatku ingin menggamitnya siang dan malam. Bibirnya? Ahh, membuat fantasiku berkelana liar. Aku tak berkata bahwa ia bagai Joseph yang membuat Zalikha menjadi seorang tukang fitnah. Tetapi ia layak jika kusebut sebagai Joseph buatku. Mata kami beradu. Dunia seakan berhenti beberapa saat. Detik itu pula aku jatuh cinta padanya.
Bisa ditebak kemudian apa yang kami lakukan. Anggur, makanan, dan seks. Ah, bukan! Hanya sekedar sapa hangat dan percakapan. Layaknya dua orang sahabat yang lama tak bertemu. Namun, suasana tempat ini sangat mendukung. Hangat, angin berdesir membawa air laut ke tepi pantai. Menabrakkannya pada dinding-dinding karang diujung sana, dan melarutkan pasir putih hingga ke halaman belakang tempat pesta pernikahan ini digelar. Dan kami pun duduk di kursi taman diluar. memandangi laut di malam hari, dan melantunkan kisah-kisah lama dari bibir kami.
Dan dari sanalah semuanya dimulai kembali. Aku jatuh cinta untuk yang kedua kali pada Josh. Mengulang romantisme dan kegilaan masa SMA. Dimana aku tak berani mengungkapkan perasaanku padanya. Ahh, mana ada gadis tinggi menjulang, kurus, rambut kusut masai, menggunakan kawat gigi dan kacamata lebar dengan frame tebal yang berani menyatakan cintanya pada seorang pujangga sekolah, bintang football, bintang kelas, dan punya kekasih yang seorang ketua cheerios. Tidak ada. Dan aku belum gila untuk melakukannya.
Tapi kini, wajah tampan itu duduk disampingku. Mengenakan setelan jas berwarna abu-abu tua, dengan kemeja bergaris pink putih, dasi berwarna putih, topi fedora hitam dari suede, dan sepatu pantoffel hitam yang mengkilap. Aroma parfumnya membuatku mabuk. Dan kata-katanya membuatku terenyak.
“Poppy, apa kamu sekarang punya kekasih?“
Aku terkesiap. Dan sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak. Dan aku hanya menjawab, “I’m single and available…” Seraya pipi bersemu merah dan rasa panas menguar dari sekujur tubuhku naik ke wajah. Untung saja gelap. Jadi Josh tidak bisa melihat perubahan warna wajahku yang malu ini. “Well, that means I have opportunity to enter ur life, then,” katanya. Aku kaget, sejurus kemudian memandang wajahnya, dan ia tersenyum dengan mata penuh keyakinan.
I’m in love, and nobody can stop me.
Dan hari-hari setelah hubunganku dan Josh dimulai pun berjalan dengan sangat normal dan menyenangkan. Sangat-sangat menyenangkan, malah. Walaupun kami tinggal di kota yang bersebelahan, tapi itu tidak menghalangi kami untuk bertemu dan menghabiskan akhir hari itu bersama. Tidak setiap hari, tapi seminggu satu-dua kali benar-benar menjadi pertemuan yang cukup efektif karena masih memberiku ruang untuk bergerak sendiri.
Aku bekerja di sebuah perusahaan penyedia jasa selular. Dan Josh bekerja di sebuah perusahaan periklanan terbesar di kota sebelah. Pekerjaan kami sama-sama membuat kami sering berada diluar kota untuk tugas dinas. Hanya saja, setelah dua bulan jalan bersama, kami belum pernah ditugaskan untuk dinas ke satu kota yang sama. Hingga ketika saat itu tiba. Aku ditugaskan ke kota A yang terletak di pulau terindah di negara ini untuk mengikuti seminar selama seminggu. Dan fasilitas yang diberikan perusahaanku selama aku berada disana cukup mewah. Sebuah resort mini yang menghadap ke pantai. Bersebelahan dengan auditorium tempat seminar dilaksanakan. Berpisah sementara dari Josh. Dan baru dua hari disana, aku merindukan kehadirannya. Merindukan wangi musim semi dari tubuhnya. Merindukan lengan kekarnya tempat aku sering bergelayut manja.
Ting-tung! Bel resortku berbunyi. Kubuka pintu dengan langkah malas. Tapi… “Surprise!” Dan sebuah ciuman mendarat ke dahiku. Ahhh, Josh!! Serta-merta kupeluk erat tubuh gagah itu. Kubiarkan melebur bersama tangisku yang pecah di dadanya. Ya skuchayu tyebya, ia berbisik. Dan aku tahu artinya, aku rindu padamu. Sisa hariku disana masih lebih dari setengah. Namun Josh ada dalam pelukanku. Aku tidak takut apapun lagi. Ak yakin aku bisa bertahan selama apapun jika ada Josh disampingku.
Dan yaaa, begitulah. Selama seminggu kami berada disana. Tentu saja, aku mengambil cuti dua hari untuk memperpanjang keberadaanku. Untungnya bosku tidak cerewet dan sangat pengertian.
Kami berbagi semua hal disana. Makanan, minuman, remote TV, canda tawa, senyuman, ciuman, hingga………SEX.
Aku rasa itu wajar. Dan aku siap akan resikonya. Aku yakin dengan ucapan Josh sedari awal bahwa ia mencintaiku. Dan akupun mencintainya. Aku tidak meragukan apapun darinya. Namun, ini adalah pengalaman pertamaku. Juga kesalahan terbesarku.
Dua hari kemudian kami kembali kerumah masing-masing. Hatiku bahagia. Dan senyum tak pernah absen dari wajahku. Bisa kau bayangkan, tentunya?
Namun tiga hari setelah itu hariku berubah jadi neraka. Aku mengetahui bahwa Josh sudah menikah, dan memiliki seorang putra berusia satu setengah tahun dari istrinya. Bella. Ya, Bella yang dipacarinya sejak SMA. Bella sang ketua cheerios.
Dan kini, aku masih ingin membunuhnya. Membunuh rasa yang aku miliki terhadap Josh. Sejuta tanya “Mengapa?” masih ada dalam kepalaku. Tidak terjawab. Tidak ada kata terucap.
Lalu aku harus bagaimana?....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
cintailah dia dengan sepenuh hati dan trimalah dia apa adanya....................